Liputan6.com, Jakarta - Tumpukan uang tunai perusahaan investasi milik Warren Buffett Berkshire Hathaway melonjak hingga USD 325,2 miliar atau sekitar Rp 5.141 triliun (asumsi kurs dolar AS 15.810 terhadap rupiah)pada akhir kuartal ketiga, naik dari USD 276,9 miliar pada kuartal sebelumnya.
Dikutip dari CNBC pada Kamis (6/11/2024), peningkatan ini terjadi karena CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett terus menjual saham-sahamnya dan menahan diri untuk membeli kembali saham. Berdasarkan laporan pendapatan yang dirilis Sabtu pagi, lonjakan uang kas ini terjadi karena "Oracle of Omaha" menjual sebagian besar saham besar seperti Apple dan Bank of America.
Advertisement
Baca Juga
Perusahaan ini menjual sekitar seperempat dari kepemilikan saham Apple pada kuartal ketiga, menandai kuartal keempat berturut-turut mereka mengurangi kepemilikan ini. Sejak pertengahan Juli, Berkshire juga meraup lebih dari USD 10 miliar dari penjualan saham Bank of America. Secara total, Buffett menjual saham senilai USD 36,1 miliar pada kuartal ketiga, menunjukkan strategi konservatifnya di pasar saham.
Advertisement
Pada kuartal ketiga ini, Berkshire tidak melakukan pembelian kembali saham perusahaan mana pun, di tengah tingginya aksi jual. Aktivitas pembelian kembali saham memang sudah mulai melambat sejak awal tahun.
Hanya ada pembelian kembali senilai USD 345 juta pada kuartal kedua, jauh lebih rendah dari USD 2 miliar pada kuartal-kuartal sebelumnya. Berkshire menyatakan bahwa pembelian kembali hanya dilakukan jika Buffett "yakin harga pembelian kembali berada di bawah nilai intrinsik Berkshire."
Kapitalisasi Pasar Berkshire Lampaui USD 1 triliun
Saham Kelas A Berkshire sendiri naik 25% sepanjang tahun ini, lebih tinggi dari kenaikan S&P 500 yang mencapai 20,1%. Dengan pencapaian ini, kapitalisasi pasar Berkshire melampaui USD 1 triliun pada kuartal ketiga.
Pada kuartal ketiga, laba operasional Berkshire yang mencakup laba dari bisnis yang sepenuhnya dimiliki konglomerat itu mencapai total USD 10,1 miliar. Angka ini turun 6% dari tahun sebelumnya dikarenakan lemahnya penjaminan asuransi, dan sedikit lebih rendah dari perkiraan analis FactSet.
Pendekatan konservatif Buffett muncul di tengah pasar saham yang naik cukup tinggi tahun ini. Banyak pelaku pasar berharap ekonomi AS akan tetap stabil di tengah turunnya inflasi dan ekspektasi the Federal Reserve akan terus menurunkan suku bunga. Namun, suku bunga belum sepenuhnya stabil, dengan imbal hasil Treasury 10 tahun kembali naik di atas 4% bulan lalu.
Beberapa investor besar, seperti Paul Tudor Jones, mulai khawatir tentang defisit fiskal yang terus membengkak, sementara tidak ada tanda-tanda pengurangan pengeluaran dari kedua kandidat presiden AS yang akan bertarung dalam pemilihan. Buffett juga mengindikasikan bahwa dia mungkin akan menjual sebagian sahamnya jika pajak atas keuntungan modal meningkat untuk menutupi defisit pemerintah yang semakin besar.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 6 November 2024
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak pada perdagangan Rabu, 6 November 2024. Hal itu setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS (Pilpres AS) 2024.
Mengutip CNBC, Kamis (7/11/2024) indeks Dow Jones mencatat kenaikan 1.508 poin atau 3,57 persen ke posisi 43.729,93. Indeks Dow Jones melesat terakhir kali lebih dari 1.000 poin dalam satu hari pada November 2022.
Indeks S&P 500 juga mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, melesat 2,53 persen ke posisi 5.929,04. Indeks Nasdaq meroket 2,95 persen ke posisi 18.983,47.
NBC News memproyeksikan Donald Trump akan mengalahkan saingannya dari Partai Demokrat, Kamala Harris setelah memenangkan sedikitnya 291 electoral college, termasuk negara bagian kunci Pennsylvania, North Carolina dan Georgia.
Investasi yang dianggap sebagai penerima manfaat di bawah kepemimpinan Donald Trump melonjak saat mantan presiden itu tampaknya bersiap untuk menang.
Saham Tesla melonjak lebih dari 14 persen seiring CEO Tesla Elon Musk mendukung Donald Trump. Saham bank terdongkrak dengan JPMorgan Chase naik 11,5 persen dan saham Wells Fargo melambung 13 persen.
Indeks Russell 2000 yang merupakan indeks saham acuan kapitalisasi kecil melonjak 5,84 persen, mencapai titik tertinggi dalam 52 minggu.
Perusahaan-perusahaan kecil yang berorientasi pada domestik dan siklus dinilai menikmati keuntungan besar dari pemotongan pajak dan kebijakan proteksionis Donald Trump.
"Donald Trump dipandang mendukung tarif pajak perusahaan yang lebih rendah, deregulasi, dan kebijakan industri yang mendukung pertumbuhan domestik yang semuanya dapat memberikan lebih banyak stimulus bagi ekonomi AS dan menguntungkan aset berisiko,” ujar Head of America Equities Janus Henderson Investors, Marc Pinto dikutip dari CNBC.
Ia menambahkan, selama Pilpres AS 2016, indeks S&P naik hampir 5 persen sebelum pemilihan presiden hingga akhir tahun dan disebut reli Trump. “Kami perkirakan, tren serupa juga akan terjadi kali ini,” kata dia.
Saham Trump Media Melonjak
Bitcoin, yang dapat diuntungkan dari pelonggaran regulasi, melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa dan mencapai USD 76.000. Indeks dolar naik ke level tertinggi sejak Juli karena keyakinan tarif yang diusulkan Trump terhadap mitra dagang utama AS akan meningkatkan greenback.
Imbal hasil Treasury 10 tahun melonjak menjadi sekitar 4,43% karena spekulasi pemotongan pajak yang diusulkan Trump dan rencana pengeluaran lainnya akan memicu pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperlebar defisit fiskal dan memicu kembali inflasi.
Saham Trump Media & Technology Group, sebuah perusahaan media sosial yang terkait erat dengan Trump, ditutup naik 5,9% setelah sesi perdagangan yang bergejolak.
Advertisement