Liputan6.com, Jakarta Kontrak kit senilai Rp17 triliun (setara £900 juta) antara Manchester United dan Adidas terancam dihentikan jika klub tersebut terdegradasi dari Premier League. Apa sebenarnya dibalik klausul Manchester United dengan Adidas?
Dikutip dari Telegraph [James Ducker], Rabu (8/1/2024), Adidas memiliki klausul dalam perjanjian 10 tahun dengan United yang memungkinkan penghentian kontrak senilai Rp1,7 triliun per tahun (setara £90 juta) dengan pemberitahuan satu musim penuh jika klub tidak lagi berlaga di kasta tertinggi sepak bola Inggris.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai alternatif, Adidas juga dapat memangkas pembayaran tahunan hingga setengahnya menjadi Rp850 miliar (setara £45 juta) jika skenario terburuk terjadi dan United terdegradasi.
Advertisement
Kondisi Krisis Manchester United
Manajer Ruben Amorim menegaskan bahwa Manchester United sedang menghadapi ancaman nyata degradasi setelah kekalahan kelima dari enam pertandingan liga terakhir. Kekalahan 2-0 dari Newcastle United pada Senin memperburuk posisi klub.
United kini berada di peringkat ke-14, hanya unggul tujuh poin dari zona degradasi.
Klausul Penalti dalam Kontrak Adidas
Dalam laporan keuangan United hingga 30 Juni 2024, yang diterbitkan pada September, klub menguraikan penalti yang dapat diberlakukan Adidas jika tim utama pria terdegradasi dari Premier League.
Detail tersebut mencakup:
- Adidas dapat memangkas pembayaran tahunan hingga 50% menjadi Rp850 miliar jika tim utama pria tidak bermain di Premier League.
- Adidas dapat menghentikan kontrak dengan pemberitahuan satu musim penuh jika tim utama pria terdegradasi atau tidak lagi berpartisipasi di Premier League.
MU memperbarui kontrak 10 tahun dengan Adidas pada Juli 2023, menggantikan kesepakatan sebelumnya senilai Rp14 triliun (setara £750 juta).
Kesepakatan baru ini berlaku hingga Juni 2035 dan mencakup penalti Rp190 miliar (setara £10 juta) jika MU gagal lolos ke Liga Champions musim ini.
Dampak Finansial dan Risiko Degradasi
Dalam laporan keuangan, United mengidentifikasi risiko degradasi sebagai ancaman besar terhadap pendapatan klub.
“Performa kami di Premier League secara langsung memengaruhi pendapatan. Performa yang buruk dapat berdampak negatif pada operasi bisnis, kondisi keuangan, dan arus kas kami,” demikian pernyataan klub.
Pendapatan dari penjualan produk, hak siar, tiket, dan layanan hospitality diproyeksikan akan menurun drastis jika tim utama pria tidak bermain di Premier League, Liga Champions, Liga Europa, atau Liga Konferensi.
“Degradasi atau penurunan performa, terutama dalam beberapa musim berturut-turut, dapat memengaruhi kemampuan kami menarik pemain, staf pelatih, sponsor, dan pendukung. Hal ini akan berdampak material pada bisnis dan kondisi keuangan kami,” tambah pernyataan tersebut.
Advertisement