Liputan6.com, Jakarta Tanggal perayaan Idul Fitri 1446 Hijriah selalu menjadi perhatian utama umat Islam di Indonesia. Tahun ini, kembali muncul sorotan terkait perbedaan metode penetapan awal Syawal antara Muhammadiyah dan pemerintah dalam penetapan Lebaran.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah secara resmi menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Pengumuman tersebut disampaikan bersamaan dengan penetapan awal Ramadhan 1446 H beberapa waktu lalu.
Advertisement
Baca Juga
“1 Ramadhan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Sementara 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025,” ujar Sekretaris PP Muhammadiyah, M Sayuti, dalam konferensi pers daring, ditulis Kamis (20/2/2025).
Advertisement
Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dalam penetapan tersebut. Di sisi lain, pemerintah memadukan metode hisab dengan rukyatul hilal dalam sidang isbat yang akan digelar Sabtu, 29 Maret 2025 atau 29 Ramadhan 1446 H.
Menariknya, berdasarkan prediksi awal, Lebaran 2025 berpotensi dirayakan serempak oleh seluruh umat Islam di Indonesia. Ini menjadi kabar baik setelah beberapa tahun sebelumnya terdapat perbedaan penetapan tanggal.
Prediksi Profesor Astronomi
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, juga memaparkan bahwa hasil perhitungan kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura) dan wujudul hilal mengindikasikan keseragaman awal Syawal 1446 H.
“Garis tanggal awal Syawal 1446 H menurut kriteria MABIMS berada di wilayah Amerika. Pada saat Maghrib 29 Maret, hilal belum terlihat di Indonesia, sehingga 1 Syawal dipastikan jatuh pada 31 Maret 2025,” jelas Thomas, Kamis (20/3/2025).
Hal serupa ditunjukkan oleh perhitungan wujudul hilal, di mana hilal di Indonesia masih di bawah ufuk saat Maghrib 29 Maret 2025.
Dengan demikian, Hari Raya Idul Fitri 2025 diprediksi akan dirayakan secara serentak pada Senin, 31 Maret 2025. Namun, penetapan resmi oleh pemerintah tetap menunggu hasil Sidang Isbat pada 29 Maret 2025 mendatang.
Prediksi Puncak Mudik 2025
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT) telah melakukan survei terkait potensi pergerakan masyarakat selama periode Lebaran 2025.
Hasil survei menyebutkan, potensi pergerakan masyarakat selama libur Lebaran tahun ini diprediksi mencapai 146,48 juta jiwa, atau setara 52 persen dari total penduduk Indonesia.
Puncak arus mudik diprediksi terjadi pada H-3 atau 28 Maret 2025. Dengan potensi jumlah pergerakan masyarakat sebanyak 12,1 juta orang (dengan penerapan kebijakan WFA).
Sedangkan puncak arus balik diprediksi terjadi pada H+5 atau 6 April 2025 dengan potensi jumlah pergerakan masyarakat sebanyak 31,49 juta orang.
Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi mengatakan, hasil survei ini telah dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto. Juga sudah diinformasikan kepada stakeholder terkait, mulai dari DPR, kementerian/lembaga, pemerintah daerah (pemda), Kepolisian, BUMN, hingga pihak swasta.
"Langkah ini kami lakukan jauh-jauh hari guna memastikan masyarakat dapat melakukan perjalanan mudik dan balik Lebaran dengan selamat, nyaman, dan lancar," ujar Menhub Dudy dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/3/2025).
Advertisement
Antisipasi Lonjakan Pemudik
Menhub menambahkan, pemerintah akan memberlakukan kebijakan efektif untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan pemudik. Itu berpotensi besar menyebabkan kepadatan di sejumlah simpul transportasi dan ruas jalan, baik tol maupun arteri.
"Beberapa di antaranya meliputi penerapan kebijakan Work from Anywhere (WFA), penyelenggaraan mudik gratis, rekayasa lalu lintas, hingga pengaturan lalu lintas, khususnya pada daerah-daerah yang berisiko tinggi mengalami kemacetan," jelasnya.
Terkait angka sebaran, daerah asal perjalanan terbanyak yakni Jawa Barat sebesar 30,9 juta orang (21,1 persen). Disusul Jawa Timur sebesar 26,4 juta orang (18 persen), Jawa Tengah sebesar 23,3 juta orang (15,9 persen), Banten sebesar 7,9 juta orang (5,4 persen) dan DKI Jakarta sebesar 6,7 juta orang (4,6 persen).
Adapun daerah tujuan perjalanan terbanyak adalah Jawa Tengah sebesar 36,6 juta orang (25 persen), Jawa Timur sebesar 27,4 juta orang (18,7 persen), Jawa Barat sebesar 22,1 juta orang (15,1 persen), Yogyakarta sebesar 9,4 juta orang (6,4 persen) dan Sumatera Utara sebesar 6,2 juta orang (4,2 persen).
