Liputan6.com, Jakarta Pada pembukaan perdagangan Rabu pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah menguat sebesar 8 poin atau 0,05 persen menjadi 16.604 per dolar AS dari sebelumnya 16.612 per dolar AS.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan Selasa, rupiah ditutup pada level 16.612 per dolar AS setelah sebelumnya berada di 16.568 per dolar AS.
Baca Juga
Nilai tukar rupiah mengalami penguatan pada Rabu pagi, terdorong oleh melemahnya indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Menurut Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, penurunan indeks dari 100,1 ke 92,9 serta ekspektasi sebelumnya di 94 menjadi faktor utama yang mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Faktor Pendukung Penguatan Rupiah
Lukman menjelaskan bahwa dolar AS mengalami koreksi setelah hasil survei menunjukkan penurunan indeks kepercayaan konsumen AS ke tingkat terendah dalam 12 tahun terakhir.
"Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang terkoreksi akibat sentimen negatif dari penurunan kepercayaan konsumen AS," ujarnya dikutip dari ANTARA, Rabu (26/3/2025).
Selain itu, ketidakpastian kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump pekan depan turut membatasi penguatan dolar AS.
Meskipun kebijakan ini masih bisa mengalami revisi atau penundaan, Trump tetap berkomitmen untuk memberlakukannya pada 2 April 2025.
Dinamika Perdagangan Global dan Respons Pasar
Investor global masih menanti kepastian mengenai kebijakan tarif AS, terutama setelah Trump mengubah langkah-langkah perdagangan dengan Kanada dan Meksiko pada awal bulan ini.
Untuk mengantisipasi potensi dampak, Tiongkok dan Uni Eropa telah bersiap untuk memberlakukan kebijakan balasan yang lebih ketat terhadap tarif timbal balik yang diterapkan AS.
Ketegangan perdagangan global diperkirakan meningkat seiring dengan langkah AS yang lebih selektif dalam menerapkan tarif.
Pemerintahan Trump diharapkan akan fokus pada negara-negara dengan ketidakseimbangan perdagangan yang signifikan dengan AS, daripada menerapkan kebijakan yang luas di seluruh industri.
Advertisement
Sentimen Pasar dan Tantangan ke Depan
Meskipun rupiah menguat, sejumlah faktor masih menjadi perhatian investor, termasuk kekhawatiran terkait kebijakan tarif Trump yang dapat memberikan tekanan pada mata uang emerging markets.
Selain itu, kondisi domestik seperti defisit anggaran, penurunan peringkat kredit oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs, serta kontroversi Undang-Undang Tentara Negara Indonesia (UU TNI) juga menjadi faktor yang mempengaruhi sentimen pasar.
Dengan berbagai dinamika ini, investor diharapkan tetap waspada terhadap perkembangan ekonomi global dan kebijakan perdagangan AS yang berpotensi mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu ke depan.
