Jepang Buka 150 Ribu Lowongan Kerja, Siapa Minat?

Ikatan Pengusaha Kenshuusei Indonesia (IKAPEKSI) berkomitmen meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar lebih siap bekerja atau magang di Jepang.

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Pengusaha Kenshuusei Indonesia (IKAPEKSI) berkomitmen meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar lebih siap bekerja atau magang di Jepang.

"Program yang telah dijalankan dengan menyediakan pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan dunia kerja internasional, termasuk di Jepang. Dengan pelatihan yang matang dan dukungan penuh dari berbagai pihak, peluang pekerja Indonesia untuk berkarier di Jepang semakin terbuka lebar," kata Ketua Umum IKAPEKSI Pranyoto Widodo dikutip Selasa (22/4/2025).

Menurut Pranyoto, negara Jepang masih kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di sektor manufaktur seperti pengecoran logam hingga sektor otomotif. Sektor kontruksi di Jepang juga membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah besar.

"Kami hadir untuk mendukung tenaga kerja di Indonesia yang saat ini masih kesulitan dalam mendapatkan kesempatan bekerja. Saat ini, Jepang membuka kesempatan bagi 150 ribu tenaga kerja untuk berkarir disana," paparnya. Lebih lanjut, calon tenaga kerja yang baru lulus harus mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi bahas Jepang.

"Sertifikat JLPT N4 Bahasa Jepang adalah bukti resmi yang menunjukkan bahwa pemegangnya telah mencapai level kemampuan bahasa dasar, termasuk pemahaman kosakata, tata bahasa, pemahaman bacaan, dan pemahaman percakapan. Pengusaha di Jepang sangat menyukai tenaga kerja yang berasal dari Indonesia, peluangnya masih sangat besar," ujarnya.

Pranyoto mengungkapkan, dengan adanya program magang ke Jepang, satu anak yang magang ke Jepang otomatis akan mengurangi tiga orang yang menganggur.

"Pertama, anak itu sendiri, kedua Bapak atau Ibunya yang tidak memiliki usaha. Pasti anaknya akan membuatkan usaha bagi orang tuanya dari penghasilan bekerja di Jepang seperti membuka toko kelontong hingga membeli sawah atau kebun," tuturnya.

Tenaga kerja yang telah magang selama 3 tahun, bisa kembali bekerja di Jepang dengan penghasilan yang lebih besar.

"Kultur di Indonesia masih kembali ke rumah, ada yang membuka usaha di sektor manufaktur di wilayah Bekasi dan Cikarang. Jika kembali bekerja ke Jepang, akan mendapatkan penghasilan mulai dari Rp 12 juta yang bekerja di sektor pertanian, tergantung upah di wilayahnya," tegasnya.

2 dari 3 halaman

Ada 1,7 Juta Lowongan Kerja di 100 Negara, SDM Indonesia Siap Kuasai Dunia?

Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding menyiarkan kabar sukacita untuk lulusan baru yang tengah mencari kerja atau pekerja profesional yang mencari tempat kerja baru yang lebih menjanjikan. Ia menyebutkan ada sekitar 1,7 juta lowongan kerja di luar negeri, tetapi saat ini baru bisa terpenuhi sebanyak 297 ribu.

Lowongan kerja tersebut tersebar di berbagai negara. Setidaknya ada 100 negara tujuan bagi tenaga kerja Indonesia, di antaranya Jepang, Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, Jerman, dan negara-negara Eropa lainnya. Ada bermacam lingkup pekerjaan. Ada banyak jabatan kerja, bahkan ratusan sampai ribuan.

"Namun, kami mau fokus, misalnya perawat ke Jepang. Nanti, kurikulum di Jepang kami tarik ke sini. Bahasanya juga ditarik ke sini, atau di SMK yang mau berangkat, kami dorong," katanya pada Minggu, 13 April 2025.

Namun memang, lowongan kerja itu tidak bisa dengan mudah langsung diisi. Perlu banyak pelatihan yang harus dijalankan sehingga memang pekerja Indonesia siap untuk disalurkan ke negara tujuan. Perlu banyak lembaga pelatihan terlibat sesuai dengan negara tujuan.

"Konsekuensinya, kami harus menyiapkan pelatihan dan pembiayaannya. Saya bayangkan setiap pelatihan di desa kemudian diambil dua pekerja, maka dari 372 desa akan ada 700-an pekerja. Kalau ada empat angkatan, kami bisa ambil 2.800 pekerja dalam setahun," tambah dia.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Klaster Khusus

Untuk itu, Karding meminta Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyiapkan klaster khusus untuk menyiapkan pekerja migran.

"Kami minta tolong Menaker agar ada klaster khusus supaya kami fokus. Jangan dicampur dengan yang disiapkan dalam negeri karena kan beda nanti," katanya. Ia mencontohkan, tenaga las antara Jepang dan Korea berbeda. Oleh karena itu, harus disiapkan secara optimal.

"Ini saya dalam rangka lihat itu semua. Nanti kami duduk bareng dengan Kemenaker karena mereka yang punya infrastrukturnya," katanya.

Terkait dengan klaster khusus tersebut, dikatakannya agar secepatnya dibentuk. "Nggak boleh lambat, kalau nggak nanti permintaan numpuk tapi kita nggak bisa menyiapkan. Apalagi ini kan ekosistem mendukung," katanya.

Selanjutnya, yang juga harus dipastikan adalah berapa jumlah tenaga kerja yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan berapa untuk kebutuhan di luar negeri.

 

 

Produksi Liputan6.com