Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ilham Akbar Habibie, menyampaikan keprihatinannya terhadap tren di kalangan anak muda Indonesia yang lebih memilih profesi sebagai Youtuber ketimbang menekuni profesi insinyur. Padahal, menurutnya, insinyur memegang peran vital dalam pembangunan dan kemajuan bangsa.
“Insinyur Indonesia adalah ujung tombak reindustrialisasi. Mereka yang membangun infrastruktur penting seperti bendungan, jalan raya, pelabuhan, dan mengembangkan teknologi strategis untuk kemajuan bangsa," ujar Ilham saat ditemui di kantornya Graha Rekayasa Indonesia, Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Namun, Ilham menyoroti kenyataan bahwa jumlah insinyur yang teregistrasi dan diakui secara profesional di Indonesia masih sangat terbatas.
Advertisement
Banyak lulusan teknik justru terserap di bidang pekerjaan non-rekayasa, sehingga Indonesia kehilangan potensi besar dalam pengembangan keinsinyuran. Menurutnya, ketimpangan minat ini tidak lepas dari kondisi pasar kerja di Indonesia.
"Tadi kan ada kenyataan bahwasannya ada ketimpangan diantara peminat yang mau spesialisasi fokus bidang teknik dengan apa namanya yang banyak yang mau jadi Youtuber. Kalau menurut saya, itu ada kaitannya dengan job opportunities," ujarnya.
Keterbatasan Indonesia
Ilham menambahkan bahwa keterbatasan dalam pengembangan produk dan minimnya industri lokal dengan merek sendiri membuat ruang gerak insinyur di dalam negeri semakin sempit.
"Karena kita memang tidak ada merknya, ya pekerjaan insinyur memang terbatas, gitu ya. Mungkin lebih kayak industrial engineer, atau production engineer, tapi kalau punya desain, untuk mengeluarkan penelitian, mengeluarkan produk, itu bisa terbatas," jelas Ilham Habibie.
Kaitannya dengan Sumber Daya Alam
Ia pun menjelaskan akar permasalahan yang lebih dalam, yakni kondisi struktural ekonomi Indonesia yang terlalu bergantung pada sumber daya alam. Ilham menyinggung fenomena resource curse atau "kutukan negara kaya sumber daya alam" yang bisa membuat masyarakat terlena dan enggan mengembangkan sektor industri.
"Kondisi negara yang terkena, dengan yang namanya ketukan semudaya alam. Atau curse of the resource-rich economy. Karena kita punya pilihan. Di sini, itu awal kaya dalam sumber daya alam. Alhamdulillah. Namun demikian," ujarnya.
Ilham mencontohkan Jepang sebagai negara yang tidak memiliki sumber daya alam namun mampu menjadi kekuatan industri besar dunia. Menurutnya, Indonesia bisa belajar dari Jepang.
"Misalnya Jepang. Jepang maju kenapa? Dia enggak ada sumber daya alam sama sekali. Jadi kalau dia tidak mau mengembangkan industri, dia mati," ujarnya.
Ia menegaskan pentingnya membangun pola pikir baru untuk mendorong pengembangan industri nasional dan membangkitkan kembali semangat keinsinyuran.
"Ini adalah, menurut saya, bermula dengan persepsi banyak orang bagaimana kita harus lihat apa yang menjadi peluang yang bisa, karena kita sudah punya banyak hal," jelasnya.
Advertisement
Insinyur di Indonesia Terbatas
Berdasarkan paparannya, terdapat 400 ribu Lulusan Teknik dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia setiap tahunnya. Namun hanya sekitar 270.000 insinyur diperkirakan masih aktif bekerja di berbagai sektor teknik dan rekayasa. Selanjutnya, sekitar 30% lulusan teknik justru bekerja di luar bidang teknik atau non-rekayasa.
Meskipun banyak lulusan teknik, namun insinyur yang secara resmi terdaftar dan diakui sebagai profesional jumlahnya masih terbatas. Banyak lulusan teknik yang tidak bekerja sesuai bidangnya, justru masuk ke sektor non-teknis, sehingga Indonesia kehilangan potensi besar dari para tenaga ahli ini.
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5454089/original/084676400_1766548999-internet_.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/1817306/original/097946200_1514746860-Kembang-Api-Monas1.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451545/original/054247400_1766308068-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran_-_2025-12-21T153642.463.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/3364380/original/059972500_1612095530-PENGUNGSI_GEMPA_SULBAR_3.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/1924849/original/027720000_1519289984-20180222-Bantuan-Pesawat-R80-JT1.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5195216/original/039236100_1745330269-IMG-20250422-WA0008.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4940686/original/030608000_1725926770-IMG_20240909_165052.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5454125/original/099230800_1766550476-Lagidiskon__desktop-mobile__356x469_-_Button_Share.png)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5436514/original/029918400_1765176856-pexels-ken-tomita-127057-389818.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/1429293/original/037383000_1481114577-20161207--Laptop-Acer-Seharga-20-Juta-Jakarta-Angga-Yuniar-01.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5436096/original/000714800_1765162370-pexels-photo-1740919.webp)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4800209/original/049531900_1712900090-shutterstock_2286683503.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5442113/original/056839600_1765528039-Ilustrasi_smartphone__tablet__dan_laptop.png)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5441514/original/073297500_1765510798-Depositphotos_547538726_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5429431/original/070225500_1764586417-pexels-yankrukov-9072212.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5434294/original/022663100_1764921813-Depositphotos_209735730_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5424660/original/045643900_1764150556-IMG-20251126-WA0006.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5429377/original/065579200_1764583822-pexels-shkrabaanthony-5264912.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5428662/original/071057300_1764557835-Depositphotos_170438662_L.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5426355/original/026522800_1764302989-Depositphotos_189719384_L.jpg)
