Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, jumlah sapi dan kerbau lokal di tanah air mengalami penurunan signifikan dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Indonesia diketahui telah kehilangan sebanyak 2,56 juta atau berkurang sebesar 15,30%.
Hingga akhir 2011, BPS mencatat populasi jumlah sapi dan kerbau mencapai 16,73 juta ekor. Saat ini populasi hewan ternak tersebut telah turun menjadi 14,17 juta ekor.
"Jadi selama kurun waktu itu, jumlah sapi dan kerbau yang turun sebesar 2,56 juta ekor. Angka itu setara dengan penurunan mencapai 15,30%," kata dia saat paparan Hasil Sensus Pertanian di kantornya, Jakarta, Senin (32/9/2013).
Berkurang populasi sapi dan kerbau di tanah air dipicu oleh kebutuhan daging yang masih tetap tinggi. Sementara, pasokan sapi dan kerbau impor justru terus berkurang.
"Dugaan kami, suplai sapi dan kerbau impor berkurang, dan kebutuhan masih tetap tinggi. Sapi lokal banyak yang dipotong dan dijual untuk memasok kebutuhan di daerah lain," jelasnya.
Dengan berkurangnya populasi sapi dan kerbau, BPS mencatat parameter kelahiran hewan ternah di tanah air juga mengalami perubahn. Akibatnya, pasokan kedua hewan tersebut terus mengalami kemerosotan.
Berdasarkan data BPS, penurunan jumlah sapi dan kerbau tertinggi terjadi di daerah Jawa Timur sebanyak 1,22 juta ekor. Sedangkan terendah berasal dari Kalimantan Tengah menyumbang 300 ekor.
"Namun ada beberapa daerah yang mencatatkan peningkatan terbesar jumlah sapi dan kerbau di Sulawesi Tengah mencapai 18,5 ribu ekor. Dan peningkatan terendah di Kepulauan Riau sebesar 500 ekor," pungkas Suryamin. (Fik/Shd)
Hingga akhir 2011, BPS mencatat populasi jumlah sapi dan kerbau mencapai 16,73 juta ekor. Saat ini populasi hewan ternak tersebut telah turun menjadi 14,17 juta ekor.
"Jadi selama kurun waktu itu, jumlah sapi dan kerbau yang turun sebesar 2,56 juta ekor. Angka itu setara dengan penurunan mencapai 15,30%," kata dia saat paparan Hasil Sensus Pertanian di kantornya, Jakarta, Senin (32/9/2013).
Berkurang populasi sapi dan kerbau di tanah air dipicu oleh kebutuhan daging yang masih tetap tinggi. Sementara, pasokan sapi dan kerbau impor justru terus berkurang.
"Dugaan kami, suplai sapi dan kerbau impor berkurang, dan kebutuhan masih tetap tinggi. Sapi lokal banyak yang dipotong dan dijual untuk memasok kebutuhan di daerah lain," jelasnya.
Dengan berkurangnya populasi sapi dan kerbau, BPS mencatat parameter kelahiran hewan ternah di tanah air juga mengalami perubahn. Akibatnya, pasokan kedua hewan tersebut terus mengalami kemerosotan.
Berdasarkan data BPS, penurunan jumlah sapi dan kerbau tertinggi terjadi di daerah Jawa Timur sebanyak 1,22 juta ekor. Sedangkan terendah berasal dari Kalimantan Tengah menyumbang 300 ekor.
"Namun ada beberapa daerah yang mencatatkan peningkatan terbesar jumlah sapi dan kerbau di Sulawesi Tengah mencapai 18,5 ribu ekor. Dan peningkatan terendah di Kepulauan Riau sebesar 500 ekor," pungkas Suryamin. (Fik/Shd)