Warga Masih Bisa Makan Tahu Tempe Meski Pedagang Mogok

Ternyata, aksi mogok perajin tahu dan tempe di seluruh Indonesia belum benar-benar membuat panganan berbahan baku kedelai ini lenyap.

oleh Nurmayanti diperbarui 10 Sep 2013, 13:45 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2013, 13:45 WIB
sweping-tahu-tempe-130909b.jpg
Ternyata, aksi mogok perajin tahu dan tempe di seluruh Indonesia belum benar-benar membuat panganan berbahan baku kedelai ini lenyap di pasaran.

Buktinya, lauk tempe dan tahu masih bisa ditemukan di beberapa wilayah di Jakarta dan Tangerang.

Seorang pemilik warung tegal di kawasan Kuningan, Yanti (50) mengaku, masih bisa menjual tahu dan tempe goreng karena masih ada pedagang yang menjual dua komoditas pangan tersebut.

"Di pasar masih ada yang jualan. Cuma harganya naik," terang dia kepada Liputan6.com, Selasa (10/9/2013).

Demikian pula Aditya (25), pegawai swasta yang tinggal di Ciputan Tangerang mengaku masih menemukan lauk tempe di rumah dari tukang sayur langganan.

Menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin ketersediaan tempe dan tahu karena adanya stok yang dibeli pedagang sebelum aksi mogok berlangsung.

"Jadi memang ada warteg atau pedagang batagor misalnya mereka menyetok tahu tempe buat 3 hari selama mogok," ujar dia.

Hal ini wajar dilakukan karena pedagang tidak ingin mengecewakan pembeli mereka yang selama ini  mengetahui tahu dan tempe telah menjadi panganan favorit.

Adapun perajin berencana baru akan mengakhiri aksi mogok mereka pada Rabu (11/9/2013) esok hari jika pemerintah menuruti beberapa tuntutan mereka seperti menstabilkan harga kedelai di dalam negeri.

Aip sebelumnya mengaku, pihaknya siap mengakhiri aksi mogok produksi sebelum tanggal yang telah ditentukan bila pemerintah bisa segera menurunkan harga jual kedelai yang saat ini sudah mencapai kisaran Rp 9.400 hingga Rp 10.000 per kilogrma (kg).

Aip menilai harga kedelai ideal bagi para perajin berkisar Rp 7.700 sampai maksimal Rp 8.500 per kg. Hal tersebut mengacu pada harga bulan Juli yang mencapai Rp 7.450 per kg ketika dolar belum menyentuh angka Rp 11.000. "Jadi kalau naik ya jangan terlalu tinggilah. Mogok juga yang rugi kami sendiri," lanjut dia.

Saat ini jumlah perajin tempe tahu yang tercatat menjadi anggota Gapkindo mencapai 115 ribu pengrajin yang 90% diantaranya memerlukan kedelai paling tidak sebanyak 100 kg per hari untuk produksi dan 10% sisanya memerlukan kedelai diatas 200 kilogram (kg). (Nur/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya