Laporan konsultan internasional, Mckinsey Institute, menyebutkan perikanan merupakan sektor bisnis yang bakal membantu Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar ketujuh dunia pasa 2030. Sayang kenyataan di lapangan saat ini berbicara lain.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengungkapkan dari ratusan ribu hektare (Ha) lahan budidaya ikan yang ada, hanya 10% yang beroperasi.
"Mungkin hanya puluhan ribu saja yang terpakai," kata Cicip dalam sambutan kegiatan Tebar Perdana Benih Udang Vaname di Utan, Sumbawa, NTB, Sabtu (19/10/2013).
Cicip menyatakan tren penurunan produksi ikan khususnya perikanan tangkap nasional setidaknya sudah terlihat dalam lima tahun terakhir. Hal ini terjadi lantaran masalah iklim, perubahan cuaca serta bencana gempa bumi yang mengubah tatanan masyarakat dan geografis.
Namun penurunan produksi ikan ini memang tak hanya dirasakan Indonesia.
Upaya Pembenahan
Melihat kondisi yang terjadi, KKP mengaku telah melakukan berbagai cara guna meningkatkan produksi ikan nasional. Salah satunya adalah menjadikan bisnis perikanan dalam kategori sektor bisnis yang risikonya bisa dihitung.
"Dengan adanya calculated risk, kini banyak pengusaha yang kembali masuk dan perbankan yang menyalurkan kredit," ungkap Cicip.
Tak hanya itu, pemerintah juga makin mengintensifkan program revitalisasi tambak guna menggenjot produktivitas.
Pada kesempatan kali ini, KKP sempat menyerahkan bantuan senilai Rp 21,9 miliar untuk mendukung revitalisasi perikanan di NTB. Dana tersebut disalurkan ke Pemerintah Provinsi NTB senilai Rp 13,5 miliar, Pemkab Sumbawa Rp 4,58 miliar, dan Bima Rp 3 miliar. (Shd)
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengungkapkan dari ratusan ribu hektare (Ha) lahan budidaya ikan yang ada, hanya 10% yang beroperasi.
"Mungkin hanya puluhan ribu saja yang terpakai," kata Cicip dalam sambutan kegiatan Tebar Perdana Benih Udang Vaname di Utan, Sumbawa, NTB, Sabtu (19/10/2013).
Cicip menyatakan tren penurunan produksi ikan khususnya perikanan tangkap nasional setidaknya sudah terlihat dalam lima tahun terakhir. Hal ini terjadi lantaran masalah iklim, perubahan cuaca serta bencana gempa bumi yang mengubah tatanan masyarakat dan geografis.
Namun penurunan produksi ikan ini memang tak hanya dirasakan Indonesia.
Upaya Pembenahan
Melihat kondisi yang terjadi, KKP mengaku telah melakukan berbagai cara guna meningkatkan produksi ikan nasional. Salah satunya adalah menjadikan bisnis perikanan dalam kategori sektor bisnis yang risikonya bisa dihitung.
"Dengan adanya calculated risk, kini banyak pengusaha yang kembali masuk dan perbankan yang menyalurkan kredit," ungkap Cicip.
Tak hanya itu, pemerintah juga makin mengintensifkan program revitalisasi tambak guna menggenjot produktivitas.
Pada kesempatan kali ini, KKP sempat menyerahkan bantuan senilai Rp 21,9 miliar untuk mendukung revitalisasi perikanan di NTB. Dana tersebut disalurkan ke Pemerintah Provinsi NTB senilai Rp 13,5 miliar, Pemkab Sumbawa Rp 4,58 miliar, dan Bima Rp 3 miliar. (Shd)