Hatta Rajasa: Perizinan Proyek Migas RI Berbelit-belit dan Lama

Pemerintah mengharapkan investasi di sektor minyak dan gas bumi dapat mudah dilakukan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Nov 2013, 16:26 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2013, 16:26 WIB
industri-migas-130821b.jpg
Pemerintah mengharapkan investasi di sektor minyak dan gas bumi dapat mudah dilakukan. Selama ini investasi di sektor minyak dan gas bumi dinilai berbelit-belit. Oleh karena itu, adanya pembicaraan dengan US-ASEAN Business Council diharapkan dapat memecahkan hal itu.

Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, untuk berinvestasi di sektor migas menuai hambatan, hambatan tersebut seperti perizinan yang berbelit dan lama sehingga  menjadi tidak efisien.

"Saudara tahu salah satu tadi yang saya sebutkan yang hambat di oil and gas banyaknya perizinan yang  berbelit-belit dan lama," kata Hatta, di kantornya, Jakarta, Senin (11/11/2013).

Perizinan yang berbelit juga membuat proses eksplorasi lama, sehingga investor mengalami kerugian. Selain itu, Indonesia juga mengalami ketidak pastian terkait dengan produksi migasnya, pada hal setiap tahun pemerintah telah menyusun target produksi migas.

"Nanti bertahun-tahun lagi baru bisa eksplorasi, dan ini merugikan. Mereka rugi, kita juga rugi, gasnya tidak keluar-keluar padahal kita ingin mengeluarkan gas sampai 1 juta barel itu ke depan," tuturnya.

Namun menurut Hatta, hal tersebut bisa dipecahkan, salah satu upayanya adalah melakukan diskusi dengan pihak  US-ASEAN Business Council, diskusi tersbut nantinya akan membahas persoalan-persoalan investasi yang dihadapi. Seperti  tender yang berlarut- larut,  izin yang tidak keluar atau hal lain yang menyangkut keinginan untuk melakukan investasi.

"Jadi orang mulai  mau sekarang, jadi kalau ada hambatan yang menganggu investasi tersebut kita bicarakan spesifik, sampai keluar rekomendasinya apa untuk memecahkan hal itu," kata Hatta.

Seperti diketahui, Pemerintah Indonesiamengadakan pertemuan dengan pihak US-ASEAN Business Council, pada hari ini untuk membahas empat hal terkait dengan perekonomian Indonesia. (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya