Untung dan rugi sudah menjadi hal biasa dalam berbisnis. Sejumlah perusahaan juga sudah memiliki beberapa strategi untuk menghadapi kerugian. Tetapi bagaimana jadinya jika satu perusahaan tak mampu menghindari rugi, dan kerugian tersebut mencapai hingga ribuan triliunan rupiah?.
Seperti saat krisis ekonomi global pada 2008, di mana memicu kerugian besar di sejumlah perusahaan. Bahkan perusahaan otomotif internasional sekelas General Motors (GM) pun tak cukup tahan menghadapi hantamannya. GM mengalami kerugian terbesarnya pada 2007 hingga US$ 38,7 miliar atau setara Rp 447,4 triliun.
Dampak kerugian tersebut bervariasi, mulai dari kebangkrutan hingga mendorong tingginya tingkat kemiskinan.
Lengkapnya, berikut 10 perusahaan yang harus menanggung kerugian terbesar dalam sejarah dunia, mengutip laman The Richest, Selasa (12/11/2013),:
1. AIG
Seperti saat krisis ekonomi global pada 2008, di mana memicu kerugian besar di sejumlah perusahaan. Bahkan perusahaan otomotif internasional sekelas General Motors (GM) pun tak cukup tahan menghadapi hantamannya. GM mengalami kerugian terbesarnya pada 2007 hingga US$ 38,7 miliar atau setara Rp 447,4 triliun.
Dampak kerugian tersebut bervariasi, mulai dari kebangkrutan hingga mendorong tingginya tingkat kemiskinan.
Lengkapnya, berikut 10 perusahaan yang harus menanggung kerugian terbesar dalam sejarah dunia, mengutip laman The Richest, Selasa (12/11/2013),:
1. AIG
Nilai kerugian: US$ 99,3 miliar atau setara Rp 1.148 triliun
Di tengah krisis finansial global pada 2008, American International Group Inc. (AIG) mendapatkan hantaman terbesar.
Perusahaan merugi hingga US$ 99,3 miliar atau setara Rp 1.148 triliun. Padahal pada 2007, perusahaan hanya mampu mencetak pendapatan sebesar US$ 6,2 miliar.
AIG terus mengalami defisit karena penurunan pasar kredit, biaya kegiatan restrukturisasi yang tak kunjung berhenti serta biaya kredit untuk fasilitas pinjaman pemerintah.
Selain itu, risiko pasar dan parahnya penurunan sekuritas perusahaan menjadi faktor yang membuat AIG terus tertekan.
Advertisement
2. AOL
Nilai kerugian: US$ 98,7 miliar atau setara Rp 1141,2 triliun
AOL Time Warner Inc, merupakan perusahaan yang pernah menjadi raja media terbesar di dunia pada 2002. Sayangnya, di tahun yang sama, perusahaan tersebut mengumumkan pihaknya mengalami kerugian paling besar sepanjang sejarah.
Mayoritas kerugian perusahaan sebesar US$ 98,7 miliar atau setara Rp 1141,2 triliun berasal dari dua divisi yaitu musik dan TV kabel.
Bahkan film ternama seperti The Lord of The Rings yang diluncurkannya tak mampu menahan laju turunnya pendapatan perusahaan.
Sejauh ini, pemegang saham terbesar AOL Ted Turner telah mengundurkan diri dari posisinya sebagai wakil pimpinan perusahaan.
Nilai kerugian: US$ 98,7 miliar atau setara Rp 1141,2 triliun
AOL Time Warner Inc, merupakan perusahaan yang pernah menjadi raja media terbesar di dunia pada 2002. Sayangnya, di tahun yang sama, perusahaan tersebut mengumumkan pihaknya mengalami kerugian paling besar sepanjang sejarah.
Mayoritas kerugian perusahaan sebesar US$ 98,7 miliar atau setara Rp 1141,2 triliun berasal dari dua divisi yaitu musik dan TV kabel.
Bahkan film ternama seperti The Lord of The Rings yang diluncurkannya tak mampu menahan laju turunnya pendapatan perusahaan.
Sejauh ini, pemegang saham terbesar AOL Ted Turner telah mengundurkan diri dari posisinya sebagai wakil pimpinan perusahaan.
3. Fanny Mae (2009)
Nilai kerugian: US$ 74,4 miliar atau Rp 860,2 triliun
Krisis global yang terjadi pada 2008 juga berdampak pada buruknya kinerja perusahaan yang disponsori pemerintah The Federal National Mortgage Association, yang lebih dikenal dengan Fanny Mae.
Pada tahun tersebut, perusahaan mencapai kerugian terbesarnya sekitar US$ 59,8 miliar. Pihaknya telah memprediksi bahwa perusahaan akan merugi lebih parah. Benar saja, setahun setelahnya, perusahaan rugi besar hingga mencapai Us$ 74,4 miliar.
Tujuan perusahaan adalah untuk mendukung perekonomian negara dengan membuat sistem keuangan perumahan yang lebih baik.
Namun krisis finansial global telah melemahkan kondisi pasar perumahaan, kerugian derivative dan penurunan sejumlah aset perusahaan. Hingga saat ini, Fanny Mae masih memerlukan dana bantuan dari negara untuk kembali bangkit.
Nilai kerugian: US$ 74,4 miliar atau Rp 860,2 triliun
Krisis global yang terjadi pada 2008 juga berdampak pada buruknya kinerja perusahaan yang disponsori pemerintah The Federal National Mortgage Association, yang lebih dikenal dengan Fanny Mae.
Pada tahun tersebut, perusahaan mencapai kerugian terbesarnya sekitar US$ 59,8 miliar. Pihaknya telah memprediksi bahwa perusahaan akan merugi lebih parah. Benar saja, setahun setelahnya, perusahaan rugi besar hingga mencapai Us$ 74,4 miliar.
Tujuan perusahaan adalah untuk mendukung perekonomian negara dengan membuat sistem keuangan perumahan yang lebih baik.
Namun krisis finansial global telah melemahkan kondisi pasar perumahaan, kerugian derivative dan penurunan sejumlah aset perusahaan. Hingga saat ini, Fanny Mae masih memerlukan dana bantuan dari negara untuk kembali bangkit.
Advertisement
4. Fanny Mae (2008)
Nilai kerugian: US$ 59,8 miliar atau Rp 691,4 triliun
Fanny Mae sebelumnya pernah menyentuh kerugian terbesarnya pada 2008. Hantaman krisis finansial global membuat perusahaan itu menderita kerugian hingga US$ 59,8 miliar atau setara Rp 691,4 triliun.
Fannie Mae memberikan pinjaman bergaransi yang memungkinkan orang-orang bisa membeli atau menyewa rumah lewat dana yang diberikannya.
Sebelumnya pada 2007, perusahaan sudah mengalami kerugian sebesar US$ 2,1 miliar dan membengkak 27 kali lipat dalam setahun.
5. JDS Uniphase
Nilai kerugian: US$ 59,8 miliar atau Rp 691,4 triliun
Fanny Mae sebelumnya pernah menyentuh kerugian terbesarnya pada 2008. Hantaman krisis finansial global membuat perusahaan itu menderita kerugian hingga US$ 59,8 miliar atau setara Rp 691,4 triliun.
Fannie Mae memberikan pinjaman bergaransi yang memungkinkan orang-orang bisa membeli atau menyewa rumah lewat dana yang diberikannya.
Sebelumnya pada 2007, perusahaan sudah mengalami kerugian sebesar US$ 2,1 miliar dan membengkak 27 kali lipat dalam setahun.
5. JDS Uniphase
Nilai kerugian: US$ 56,1 miliar atau setara Rp 648,6 triliun
Perusahaan pembuat perlengkapan telekomunikasi JDS Uniphase mungkin tak bisa lagi bertaham lama. Pada 2001, perusahaan menderita kerugian hingga US$ 56,1 miliar atau setara Rp 648,6 triliun.
Kerugian tersebut dipercaya setara dengan 10 kali lipat pendapatan perusahaan. Perusahaan mengalami akuisisi dan investasi buruk.
Ingin tahu 5 dari 10 perusahaann lain yang mencatatkan kerugian sepanjang sejarah?, tengok artikel berikutnya. (Sis/Nur)
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓