Tingginya aktivitas belanja masyarakat dibarengi pertumbuhan industri otomotif yang menjanjikan, membuat laju konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) terus meningkat setiap tahunnya. Sayangnya, Indonesia justru merupakan satu-satunya negara yang masih menjual BBM beroktan di bawah 92 atau premium.
"Negara yang satu-satunya yang menggunakan Premium itu hanya Indonesia," ungkap Kepala Wilayah Operasional Daihatsu Jakarta Harry Kamora usai seminar 'Strategi Pembiayaan Otomotif dan Perumahan Di Era Bunga Tinggi' di Thamrin Nine, Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Menurut Harry, Astra Internasional yang merupakan induk usaha Daihatsu, selama ini berupaya memasarkan produk kendaraan yang tak lagi menggunakan bahan bakar beroktan dibawah 92. Kebijakan ini bahkan sudah dilaksanakan hampir di setiap negara di dunia.
Premium, diakui Harry, sebenarnya merupakan bahan bakar yang bisa merusak mesin dan beberapa komponen lainnya dalam kendaraan. Hal ini dipicu tingkat oktan Premium yang digunakan terlalu kecil.
"Kalau di kita kan orang pakai Alhphard saja pakai Premium, sebenarnya pakai premium itu gampang rusak, performa engine jelek, power kurang," paparnya.
Terkait sosialisasi kendaraan beroktan minimal 92 atau Pertamax dan mengurangi Impor BBM yang nilainya saat ini masih besar, Daihatsu mengaku telah mencanangkan penggunaan minimal Pertamax dalam produk kendaraannya. Ketentuan serupa bahkan diterapkan pada produk kendaraan mobil murah, Daihatsu Ayla.
"Iya, dalam buku panduan itu kita sudah jelaskan harus pakai minimal Pertamax, kalau kendaraan rusak karena itu kita ga bisa garansi," tutupnya. (Yas/Shd)
"Negara yang satu-satunya yang menggunakan Premium itu hanya Indonesia," ungkap Kepala Wilayah Operasional Daihatsu Jakarta Harry Kamora usai seminar 'Strategi Pembiayaan Otomotif dan Perumahan Di Era Bunga Tinggi' di Thamrin Nine, Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Menurut Harry, Astra Internasional yang merupakan induk usaha Daihatsu, selama ini berupaya memasarkan produk kendaraan yang tak lagi menggunakan bahan bakar beroktan dibawah 92. Kebijakan ini bahkan sudah dilaksanakan hampir di setiap negara di dunia.
Premium, diakui Harry, sebenarnya merupakan bahan bakar yang bisa merusak mesin dan beberapa komponen lainnya dalam kendaraan. Hal ini dipicu tingkat oktan Premium yang digunakan terlalu kecil.
"Kalau di kita kan orang pakai Alhphard saja pakai Premium, sebenarnya pakai premium itu gampang rusak, performa engine jelek, power kurang," paparnya.
Terkait sosialisasi kendaraan beroktan minimal 92 atau Pertamax dan mengurangi Impor BBM yang nilainya saat ini masih besar, Daihatsu mengaku telah mencanangkan penggunaan minimal Pertamax dalam produk kendaraannya. Ketentuan serupa bahkan diterapkan pada produk kendaraan mobil murah, Daihatsu Ayla.
"Iya, dalam buku panduan itu kita sudah jelaskan harus pakai minimal Pertamax, kalau kendaraan rusak karena itu kita ga bisa garansi," tutupnya. (Yas/Shd)