Total & Lemigas Genjot Produksi di Lapangan Tua Pakai Busa

Kendala produksi di lapangan tua adalah tekanan gas yang rendah dan banyaknya air di permukaan, sehingga gas tersebut sulit untuk naik k

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 18 Nov 2013, 15:08 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2013, 15:08 WIB
lemigast-131118b.jpg
Lapangan minyak dan gas (migas) yang sudah tua perlu penanganan yang tidak sederhana dan memerlukan tenaga ahli serta teknologi canggih agar eksploitasi dan produksi mencapai hasil optimal.

Untuk memicu produksi lapangan yang sudah uzur tersebut, PT Total E&P bekerjasama dengan Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menggunakan cara Improved Gas Recovery (IGR).

Vice President Human Resources and General Service Total E&P Indonesia Arvidya Noviyanto mengatakan, kendala produksi di lapangan tua adalah tekanan gas yang rendah dan banyaknya air di permukaan, sehingga gas tersebut sulit untuk naik ke permukaan.

"Kalau lapangan tua gas itu tekanannya makin rendah, ada air yang masuk sehingga sumur akan ketutup air," kata Novi dalam Forum IGR, di hotel Shangrila, Jakarta, Senin (18/11/2013).

Novi menuturkan, ada cara untuk mengatasi kedala tersebut yaitu dengan memanfaatkan busa agar bobot air menjadi ringan, sehingga bisa memudahkan gas keluar dari permukaan.

"Kami butuh teknologi foam, sejenis sabun air jadi ringan," ungkapnya.

Kepala Badan Geologi Kementerian Sukhyar mengatakan, semakin lama kebutuhan gas semakin besar. Untuk itu, hal ini harus diimbangi dengan produksi gas yang optimal dan menjadi tantangan pemerintah.

"Permintaan industri makin besar. Secara proporsi paling besar. Di sisi lain, global market membuat tantangan bagi pemerintah. Bagaimana liat tren sehingga kebutuhan gas dalam negeri tidak defisit," ungkapnya.

Dia menuturkan, Dewan Energi Nasional telah memprediksi pada 2025, kebutuhan gas meningkat dua kali lipat dari sekarang karena itu harus ada penambahan cadangan gas baru.

"Kebijakan DEN dimintakan gas harus pasokan dua kali lebih besar dari kebutuhan sekarang. Kalau sekarang 3 triliun kaki kubik (tcf), nanti 6 tcf pada 2025," terang dia. (Pew/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya