Gaya Konsumsi Anak Muda RI Buat Impor Gandum Tinggi

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menuding pola konsumsi generasi muda Indonesia telah memicu tingginya importasi gandum. Apa maksudnya?

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 28 Nov 2013, 19:13 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2013, 19:13 WIB
impor-tepung-gandum130114b.jpg
Indonesia hingga saat ini masih menghadapi persoalan tingginya impor gandum yang berasal dari berbagai negara. Kebiasaan  masyarakat khususnya generasi muda yang lebih banyak mengonsumsi makanan berbahan dasar gandum dituding menjadi pemicunya.

"Sekarang ini, kalangan menengah dan anak-anak muda kita suka makan roti. Masyarakat kelas bawah pun banyak makan mie instan. Jadi semuanya gandum," tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (28/11/2013).

Kebiasan tersebut, ujar Hatta, telah memicu meningkatnya impor gandum Indonesia dari berbagai negara, termasuk Australia, Brasil dan negara produsen gandum lainnya. "Impor (gandum) kita kan sudah capai US$ 5 miliar per tahun, jadi perlu ada langkah untuk mengurangi ketergantungan impor tersebut," jelasnya.

Pemerintah selama ini telah menggandeng Universitas Andalas, Sumatera Barat serta Pergu­ruan Ting­gi Slowakia OSIVO a.s dan Slovak University Of Agriculture In Nitra untuk mengembangkan gandum di Tanah Air.

Dari hasil kajian diketahui Indonesia bisa mengembangkan empat jenis gandum dengan produktivitas yang bagus, termasuk di Sumatera Barat. "Jadi musim kering dan musim hujan bisa ditanam dengan pola selang seling," ujarnya.

Saat ini, Hatta mengatakan, perguruan tinggi Slowakia tersebut tengah masuk tahap kedua yakni pengembangan. Selanjutnya, Indonesia diharapkan sudah bisa memasuki fase ketiga yaitu komersialisasi.

"Kami minta diteruskan karena sekarang ini masih dalam pilot project. Diharapkan dengan upaya ini kita bisa mengurangi impor gandum," ujar Hatta.(Fik/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya