Rupiah Amblas, Pemerintah Tak Kehilangan Akal Sehatkan Anggaran

Pemerintah telah memprediksi pelemahan rupiah terhadap melebarnya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Des 2013, 09:25 WIB
Diterbitkan 19 Des 2013, 09:25 WIB
rupiah-kurs-131217b.jpg

Pemerintah telah memprediksi pelemahan rupiah terhadap melebarnya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014. Namun pemerintah berjanji tidak akan tinggal diam untuk bisa menyehatkan fiskal meskipun masih ada depresiasi rupiah.

Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mengakui depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi masih akan terjadi di tahun depan. Hal ini akan berdampak terhadap postur APBN.

"Potensi ada, tapi pasti ada jalannya karena setiap tahun mengalami hal yang sama," ungkap dia di Jakarta, Rabu (18/12/2013) malam.

Pemerintah, lanjutnya, akan membuka seluruh opsi supaya dapat menyehatkan anggaran negara di tengah gejolak nilai tukar rupiah. Upaya tersebut dilakukan agar patokan defisit anggaran tahun depan bisa terealisasi.

"Ya opsinya apakan defisit harus disesuaikan, penghematan belanja, atau mengoptimalkan pendapatan. Pokoknya semua opsi dibuka, karena kami tidak pernah kehilangan akal," ujarnya.

Askloni memperkirakan, patokan nilai tukar rupiah bisa saja berubah dari target Rp 10.500 per dolar AS dalam APBN 2014. Sehingga pemerintah harus bergerak cepat mempercepat pembahasan APBN Perubahan.

"Bisa saja di atas itu (Rp 10.500 per dolar AS) tapi soal berapanya lihat waktu nanti. Nanti akan dihitung kalau ada proyeksi baru, lakukan evaluasi di Januari 2014. Kami tidak pernah diam, makanya kalau ada perubahan akan cepat membahas APBN-P seperti tahun lalu," tandas dia.

Sementara Menteri Keuangan Chatib Basri menambahkan, pihaknya memproyeksikan pelemahan rupiah Rp 1.000 per dolar AS akan menyumbang defisit anggaran bersih sebesar Rp 5 triliun.

"Kalau pelemahannya Rp 2.000 per dolar AS, ada tambahan defisit jadi Rp 10 triliun. Tapi sekarang sudah ada tanda-tanda perbaikan angka ekspor di mana November ini untu pertama kalinya tumbuh positif karena AS mengalami peningkatan," jelasnya.

Di samping itu, kata Chatib, konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi terutama menjelang pemilihan umum. (Fik/Ndw)

 Baca juga:

Rupiah Tertekan Menahan Laju IHSG pada 2013

Indonesia Tak Mampu Manfaatkan Penguatan Yuan

Rupiah Melemah, Produsen Jamu Naikkan Harga Jual

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya