Rencana PT Pertamina (Persero) menaikkan harga jual gas elpiji 12 kilogram (kg) diyakini bakal memukul industri makanan dan minuman skala kecil dan menengah yang masih banyak menggunakan bahan bakar tersebut.
"Industri kecil menengah (IKM) yang menggunakan gas itu (12 kg) masih banyak. Untuk gas itu merupakan sumber energi yang strategis, seperti bagi industri roti, restoran, atau industri makan lainnya," ujar Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Franky Sibarani saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Minggu (22/12/2013).
Kenaikan harga jual elpiji 12 kg dipastikan akan berimbas pada ongkos produksi yang akhirnya mempengaruhi harga jual produk-produk makanan dan minuman. "Bagi industri kecil menengah, gas 12 kg itu salah satu hal penting jadi mempengaruhi karena pengaruh ke harga," lanjutnya.
Franky mengaku, industri makanan dan minuman sendiri tidak bisa semudah itu menaikkan harga jual. Pengusaha khawatir kenaikan harga akan berdampak pada daya beli masyarakat terhadap suatu produk makanan atau minuman tertentu dan akhirnya berimbas pada pencapaian omzet industri.
"Tidak mudah menaikan harga karena dengan dinaikan itu bukan berarti penjualannya tetap, tapi pasti omsetnya akan turun. itu yang dikhawatirkan pengusaha," jelasnya.
Melihat kondisi ini, kalangan pengusaha berharap rencana kenaikan ini bisa kembali dipertimbangkan. Pemerintah pun didesak mampu memberikan intervensi terhadap rencana pemerintah tersebut.
"Memang dibutuhkan kebijakan pemerintah supaya gas ini tidak naik tetapi Pertamina juga tidak terus dirugikan," tandasnya. (Dny/Shd)
"Industri kecil menengah (IKM) yang menggunakan gas itu (12 kg) masih banyak. Untuk gas itu merupakan sumber energi yang strategis, seperti bagi industri roti, restoran, atau industri makan lainnya," ujar Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Franky Sibarani saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Minggu (22/12/2013).
Kenaikan harga jual elpiji 12 kg dipastikan akan berimbas pada ongkos produksi yang akhirnya mempengaruhi harga jual produk-produk makanan dan minuman. "Bagi industri kecil menengah, gas 12 kg itu salah satu hal penting jadi mempengaruhi karena pengaruh ke harga," lanjutnya.
Franky mengaku, industri makanan dan minuman sendiri tidak bisa semudah itu menaikkan harga jual. Pengusaha khawatir kenaikan harga akan berdampak pada daya beli masyarakat terhadap suatu produk makanan atau minuman tertentu dan akhirnya berimbas pada pencapaian omzet industri.
"Tidak mudah menaikan harga karena dengan dinaikan itu bukan berarti penjualannya tetap, tapi pasti omsetnya akan turun. itu yang dikhawatirkan pengusaha," jelasnya.
Melihat kondisi ini, kalangan pengusaha berharap rencana kenaikan ini bisa kembali dipertimbangkan. Pemerintah pun didesak mampu memberikan intervensi terhadap rencana pemerintah tersebut.
"Memang dibutuhkan kebijakan pemerintah supaya gas ini tidak naik tetapi Pertamina juga tidak terus dirugikan," tandasnya. (Dny/Shd)