Mandeknya program bagi-bagi konverter gratis sebagai salah satu pendukung peralihan bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) mendapat teguran dari Menteri Keuangan Chatib Basri. Program konversi tersebut dijalankan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Chatib mengakui, produksi konverter kit perlu direalisasikan segera supaya dapat mempercepat program konversi BBM ke BBG sesuai dengan rencana.
"Konverter mesti dibuat, kalau tidak dibuat bagaimana mau konversi. Memang mindahin gas ke mobil pakai kaleng?" celetuk dia ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (10/1/2014).
Kendala tak berjalannya konverter kit, menurut Chatib, terkadi dispute antara Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Untuk itu, dalam pembahasan internal dengan Menteri ESDM Jero Wacik, Chatib mendesak supaya pihaknya menyelesaikan permasalahan dengan Kemenperin.
"Waktu meeting dengan Pak Wacik, saya bilang coba selesaikan bersama Kemenperin. Tahun lalu, sebenarnya mereka sudah bertemu siapa yang akan bikin tapi terbentur bulan yang sudah masuk Oktober atau November," jelas dia.
Kata Chatib, jika ingin melakukan lelang (konverter) maka anggaran harus multiyears. Tapi sebenarnya, anggaran yang tersedia bukan untuk jangka panjang dan jika dipaksa seperti itu, maka hanya akan menimbulkan masalah.
"Karena itu (lelang) dilakukan tahun ini, jadi selama dua tahun ini belum ada impor konverter kit. Termasuk PT Dirgantara Indonesia (DI) yang belum membuatnya, makanya adi saya bilang coba selesaikan," tegasnya.
Chatib bilang, pemerintah telah menganggarkan konverter kit lebih dari Rp 2 triliun. Namun pihaknya memberikan anggaran tambahan konversi energi sekitar Rp 5 triliun kepada Kementerian ESDM. Sedangkan tahun lalu, anggaran konverter kit Rp 2 triliun-Rp 3 triliun. (Fik/Ndw)
Chatib mengakui, produksi konverter kit perlu direalisasikan segera supaya dapat mempercepat program konversi BBM ke BBG sesuai dengan rencana.
"Konverter mesti dibuat, kalau tidak dibuat bagaimana mau konversi. Memang mindahin gas ke mobil pakai kaleng?" celetuk dia ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (10/1/2014).
Kendala tak berjalannya konverter kit, menurut Chatib, terkadi dispute antara Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Untuk itu, dalam pembahasan internal dengan Menteri ESDM Jero Wacik, Chatib mendesak supaya pihaknya menyelesaikan permasalahan dengan Kemenperin.
"Waktu meeting dengan Pak Wacik, saya bilang coba selesaikan bersama Kemenperin. Tahun lalu, sebenarnya mereka sudah bertemu siapa yang akan bikin tapi terbentur bulan yang sudah masuk Oktober atau November," jelas dia.
Kata Chatib, jika ingin melakukan lelang (konverter) maka anggaran harus multiyears. Tapi sebenarnya, anggaran yang tersedia bukan untuk jangka panjang dan jika dipaksa seperti itu, maka hanya akan menimbulkan masalah.
"Karena itu (lelang) dilakukan tahun ini, jadi selama dua tahun ini belum ada impor konverter kit. Termasuk PT Dirgantara Indonesia (DI) yang belum membuatnya, makanya adi saya bilang coba selesaikan," tegasnya.
Chatib bilang, pemerintah telah menganggarkan konverter kit lebih dari Rp 2 triliun. Namun pihaknya memberikan anggaran tambahan konversi energi sekitar Rp 5 triliun kepada Kementerian ESDM. Sedangkan tahun lalu, anggaran konverter kit Rp 2 triliun-Rp 3 triliun. (Fik/Ndw)