Banyak Tawaran Utang Masuk, Pemerintah RI Menolak

Total utang pemerintah Indonesia mencapai Rp 2.371,39 triliun dinilai masih dalam batas aman.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Jan 2014, 18:45 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2014, 18:45 WIB
menghitung-kalkulator-130516c.jpg
Meski utang Indonesia masih dalam batas aman, pemerintah menolak untuk memanfaatkan penawaran utang oleh sejumlah pihak.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa menilai, total utang pemerintah Indonesia yang mencapai Rp 2.371,39 triliun pada tahun lalu sepadan dengan jumlah pendapatan negara yang berhasil diraup pemerintah sepanjang 2013. Sehingga dia menganggap nilai utang tersebut masih dalam batas aman.

"Masih sangat aman (utang). Dulu berdasarkan pengalaman, tidak ada yang mau ngutangin Indonesia. Tapi sekarang orang malah nawar-nawarin (utang), justru kita yang tidak mau," tegas dia usai hadir di acara Penerbitan Buku Alam Pikiran dan Jejak Perjuangan Prawoto Mangkusasmito di Gedung BPPT, Jakarta, Minggu (26/1/2014).

Lebih jauh dia mengakui, Indonesia pernah mencatatkan jumlah utang pemerintah yang cukup rendah, namun dihitung secara rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sangat besar mencapai 58%.

"Artinya pendapatan negara saat itu lebih banyak untuk bayar utang. Tapi sekarang rasio utang kita terhadap PDB sebesar 26% saja. Itulah cara yang mengukur yang benar," terang Hatta.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat total utang pemerintah sampai dengan akhir tahun lalu menembus Rp 2.371,39 triliun atau naik dibanding posisi sebelumnya. Penyebab membengkaknya utang tersebut lebih karena pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Dari keterangan resmi Kemenkeu yang diterima Liputan6.com, Kamis (23/1/2014) malam, nilai utang tersebut mengalami kenaikan Rp 780,73 triliun dari realisasi 2009 yang mencapai Rp 1.590,66 triliun. Sedangkan di periode 2012, utang pemerintah sebesar Rp 1.977,71 triliun

"Kenaikan outstanding utang ini disebabkan oleh realisasi kebutuhan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai dampak pelemahan kurs rupiah. Pasalnya, sebagian utang pemerintah dalam mata uang asing," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu, Yudi Pramadi.

Realisasi defisit APBN pada 2013 tercatat 2,24% terhadap PDB. Jumlah ini akan turun menjadi 1,7% dalam APBN 2014. Tingkat defisit ini, masih relatif rendah dan mendapat sorotan dari berbagai lembaga rating yang mampu mempertahankan level rating kredit (utang) dengan outlook minimal stabil di tengah kondisi penurunan outlook di banyak negara sebagai dampak krisis perekonomian global.

Secara obyektif, Yudi menjelaskan, rasio utang pemerintah terhadap PDB di akhir tahun lalu sekitar 26% (dengan outlook PDB 2013 sebesar Rp 9.112,4 triliun).

"Rasio utang kita juga lebih rendah dibanding negara-negara lain, seperti Jepang sekitar 243%, AS sekitar 106%, Thailand 47%, Malaysia sekitar 57% dan Filiphina sekitar 41% terhadap PDB," papar Yudi. (Fik/Ahm)

Baca juga:

Utang Sering Jadi Barang Dagangan Partai Politik

9 Negara Berkembang Paling Doyan Berutang

Fitch Ratings Beri Prospek Stabil untuk Obligasi Global RI

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya