Miliarder terkaya ke-6 di dunia, David Koch memiliki pandangan yang cukup mencolok soal lingkungan. Saat banyak orang mengkhawatirkan adanya perubahan iklim global, Koch justru mati-matian membuktikan kalau itu hanya lelucon dan bualan belaka.
Baginya, perubahan iklim itu tak akan pernah ada. Semua itu hanyalah bualan yang digunakan untuk menakut-nakuti para manusia yang tinggal di muka bumi ini.
Untuk membuktikan opini pribadinya itu, dia menginvestasikan hartanya untuk membangun sebuah balon udara. Dengan balon udara itu, dia akan berkeliling negara dan membuktikan teorinya soal kebohongan perubahan iklim tersebut.
Maklum berbicara urusan harta, pengusaha asal New York ini memang super kaya dengan total kekayaan mencapai US$ 36 miliar atau setara Rp 440,39 triliun (kurs: Rp 12.233 per dolar AS). Dia bahkan tercatat sebagai orang terkaya ke-4 di Amerika Serikat (AS).
Seluruh kekayaannya diperoleh dari Koch Industries yang memiliki banyak perusahaan di sektor keuangan, kilang minyak, kimiawi dan berbagai bidang lain.
Lalu apa yang dilakukan Koch untuk membuktikan opininya tersebut? Simak kisah lengkapnya seperti dikutip dari Business Insider, Forbes, dan The Think Progress, Kamis (30/1/2014):
Baginya, perubahan iklim itu tak akan pernah ada. Semua itu hanyalah bualan yang digunakan untuk menakut-nakuti para manusia yang tinggal di muka bumi ini.
Untuk membuktikan opini pribadinya itu, dia menginvestasikan hartanya untuk membangun sebuah balon udara. Dengan balon udara itu, dia akan berkeliling negara dan membuktikan teorinya soal kebohongan perubahan iklim tersebut.
Maklum berbicara urusan harta, pengusaha asal New York ini memang super kaya dengan total kekayaan mencapai US$ 36 miliar atau setara Rp 440,39 triliun (kurs: Rp 12.233 per dolar AS). Dia bahkan tercatat sebagai orang terkaya ke-4 di Amerika Serikat (AS).
Seluruh kekayaannya diperoleh dari Koch Industries yang memiliki banyak perusahaan di sektor keuangan, kilang minyak, kimiawi dan berbagai bidang lain.
Lalu apa yang dilakukan Koch untuk membuktikan opininya tersebut? Simak kisah lengkapnya seperti dikutip dari Business Insider, Forbes, dan The Think Progress, Kamis (30/1/2014):
Pengusaha super kaya, David Koch tak percaya soal perubahaan iklim global
Pengusaha besar di bidang perminyakan, David Koch secara tegas menyatakan ketidakpercayaannya terhadap perubahan iklim global yang marak digencarkan berbagai organisasi pemerhati lingkungan di dunia. Banyak orang berspekulasi, Koch takut industrinya terganggu jika banyak orang menyerukan kerusakan alam tersebut.
Untuk menghindarinya, Koch bersama saudaranya, Charles bahkan tak segan-segan menggulirkan dana hingga US$ 67 juta untuk menggerakan sejumlah kelompok penyanggah adanya perubahan iklim global. Kelompok tersebut berupaya keras menunda berbagai kebijakan dan peraturan yang bertujuan menghentikan pemanasan global.
Kebanyakan dari kelompok tersebut berasal dari jaringan kebijakan negara. Keduanya juga secara gencar menghalang-halangi gerakan terkait penyelamatan lingkungan dan iklim.
Advertisement
Selamatkan industri, Koch halang-halangi upaya penyelamatan lingkungan
Dua bersaudara Koch ini tak malu-malu menunjukkan niatnya menghentikan berbagai gerakan yang berupaya melakukan penyelamatan lingkungan terkait adanya perubahan iklim global. Itu lantaran aksi-aksi ramah lingkungan yang tersebar di seluruh negeri dapat membahayakan industrinya.
Maklum Koch mencetak uang senilai ratusan triliun rupiah dari Koch Industries yang dimilikinya. Namun perusahaan swasta terbesar kedua di AS itu dinilai memiliki catatan yang buruk soal lingkungan.
Tentu saja, teori perubahan iklim global mengancam seluruh industri yang berfungsi sebagai mesin pencetak uangnya selama ini.
Akhirnya, Koch bersama Charles mulai menerima perhatian dari masyarakat. Kedua miliarder ini diprediksi memiliki agenda negatif untuk menghentikan berbagai gerakan ramah lingkungan yang diserukan masyarakan dan organisasi di seluruh AS.
Buktikan perubahan iklim hanya bualan, Koch beli balon udara buat kampanye
Tak hanya menggerakan organisasi yang anti terhadap teori perubahan iklim global, Koch juga bergerak sendiri mengkampanyekan opininya terkait masalah tersebut. Dia menghabiskan dana puluhan miliar rupiah untuk membeli sebuah balon udara.
Bagi sebagian orang, pembelian balon udara ditujukan untuk menjadi alat transportasi atau hiburan semata. Tetapi tidak bagi Koch. Dia membeli balon tersebut untuk membuktikan bahwa perubahan iklim hanya omong kosong.
Balon itu digunakannya untuk berkampanye dari satu kota ke kota lainnya yang populer dengan sebutan `Hot Air Tour`. Perjalanan menggunakan balon udara itu digunakan untuk menunjukkan pada seluruh masyarakat AS bahwa perubahan iklim itu tak ubahnya udara panas biasa yang tidak merusak lingkungan.
Advertisement
Kampanye Koch mendapat kecaman keras dari pecinta lingkungan
Mengingat upaya terang-terangan Koch untuk mematahkan teori perubahan iklim, banyak masyarakat dan organisasi pecinta lingkungan yang melayangkan protes padanya. Sejumlah demonstran turun ke jalan untuk menghentikan industri Koch yang dianggap telah mengganggu lingkungan.
Koch memang keras kepala. Bukannya meminta maaf atas tindakannya, Koch malah mengancam membeli media manapun yang memberitakan perkaranya.
Banyak warga yang khawatir mengingat Koch dan Charles memiliki kuasa penuh atas perusahaannya dan juga terlibat secara politis di pemerintahaan. Meski diprotes dan dikritik keras serta sempat mendapat denda dari pemerintah, Koch tetap bersikukuh untuk mematahkan teori perubahan iklim global.
Dalam sejarah, penumpang pertama balon udara panas adalah bebek, ayam dan domba
Balon udara panas merupakan teknologi penerbangan pertama yang ditemukan manusia. Pada 1783, Pilatre De Rozier meluncurkan balon udara panas pertama yang disebut `Aerostat Reveillon`.
Sebagai kelinci percobaan, Rozier menyimpan ayam, bebek dan domba sebagai penumpang dalam balon udara tersebut. Saat itu, balon berhasil mengudara selama 15 menit sebelum akhirnya kembali meluncur ke daratan.
Sayangnya, pada 1785, dia tewas terbunuh setelah balon udaranya meledak satu setengah jam setelah mengudara. Kecelakaan itu disebabkan paduan hidrogen dan gas panas yang disatukan sebagai bahan bakar balon.
Pada 1793, peneliti balon udara asal Prancis, Jean Pierre Blanchard menjadi orang pertama yang terbang dengan balon udara di Amerika Utara. Presiden George Washington turut menghadiri peluncuran balon tersebut.
Balon udara terus berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin canggih. Pada 1999, Bertrand Piccard dan Brian Jones berhasil memecahkan waktu penerbangan terlama menggunakan balon udara. Keduanya berangkat dari Swiss dan mendarat di Afrika dengan menghabiskan waktu sebanyak 19 hari, 21 jam dan 55 menit. (Sis/Igw)
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓