Rencana pembangunan fasilitas transportasi masal kereta cepat Shinkansen disambut positif sejumlah kalangan. Dengan waktu tempuh sekitar 37 menit, kereta Shinkansen Indonesia ini dianggap lebih efektif ketimbang pesawat.
Pengamat Transportasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Joko Stijowarno memperkirakan kehadiran kereta cepat bakal menggeser minat masyarakat yang sebelumnya menggunakan angkutan udara kembali lagi ke angkutan darat.
Alasannya, posisi stasiun yang berada ditengah kota akan lebih mudah dijangkau ketimbang jarak ke Bandara yang berada dipinggiran kota dan memakan waktu lama untuk mecapainya.
"Bandara kan daerah pinggiran butuh waktu satu jam (jarak tempuhnya)," kata Joko, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Minggu (2/2/2013).
Djoko menambahkan, efektivitas kereta dibanding pesawat setidaknya sudah terbukti di beberapa kota di luar negeri. Salah satu contohnya adalah kereta cepat dari Paris menuju Brussels.
Sebelumnya, Pengamat Transportasi darri Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Darmaningtyas justru menilai Indonesia tidak membutuhkan fasilitas umum kereta cepat Shinkansen. Pasalnya fasilitas kereta api yang ada sudah cukup menunjang.
Pemerintah justru hanya cukup mengoptimalkan dan membenahi fasilitas-fasilitas yang sudah ada. Harapannya gangguan-ganguan operasional kereta dapat diminimalissasi agar laju kereta bisa berjalan lancar dan cepat.
"Optimalkan saja yang ada, tinggal jalur kereta api yang curam di pick up dengan tanggul sehingga kereta lebih cepat tanpa khawatir masuk jurang," tutupnya. (Pew/Shd)
Baca juga
Pengamat Transportasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Joko Stijowarno memperkirakan kehadiran kereta cepat bakal menggeser minat masyarakat yang sebelumnya menggunakan angkutan udara kembali lagi ke angkutan darat.
Alasannya, posisi stasiun yang berada ditengah kota akan lebih mudah dijangkau ketimbang jarak ke Bandara yang berada dipinggiran kota dan memakan waktu lama untuk mecapainya.
"Bandara kan daerah pinggiran butuh waktu satu jam (jarak tempuhnya)," kata Joko, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Minggu (2/2/2013).
Djoko menambahkan, efektivitas kereta dibanding pesawat setidaknya sudah terbukti di beberapa kota di luar negeri. Salah satu contohnya adalah kereta cepat dari Paris menuju Brussels.
Sebelumnya, Pengamat Transportasi darri Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Darmaningtyas justru menilai Indonesia tidak membutuhkan fasilitas umum kereta cepat Shinkansen. Pasalnya fasilitas kereta api yang ada sudah cukup menunjang.
Pemerintah justru hanya cukup mengoptimalkan dan membenahi fasilitas-fasilitas yang sudah ada. Harapannya gangguan-ganguan operasional kereta dapat diminimalissasi agar laju kereta bisa berjalan lancar dan cepat.
"Optimalkan saja yang ada, tinggal jalur kereta api yang curam di pick up dengan tanggul sehingga kereta lebih cepat tanpa khawatir masuk jurang," tutupnya. (Pew/Shd)
Baca juga
Tarif Kereta Shinkansen Jakarta-Bandung Rp 200 Ribu Masih Murah
Kereta Shinkansen RI Bisa Buat Maskapai Gulung Tikar
Perlukah RI Bangun Kereta Super Cepat Shinkansen?
Advertisement