PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyalurkan kredit menjadi Rp 250,64 triliun sepanjang 2013. Angka penyaluran kredit itu tumbuh 24,9% dibandingkan tahun 2012. Alokasi kredit terbesar perseroan ada di kredit korporasi mencapai Rp 112,23 triliun atau tumbuh 55,4% dibandingkan 2012.
"Kredit korporasi itu sudah termasuk 116 debitur kredit medium BNI yang baik kelas ke kredit korporasi dengan total nilai mencapai Rp 10,3 triliun akibat peningkatan usaha bisnisnya," ujar Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk, Gatot Suwondo, Rabu (19/2/2014).
Kredit BNI terus tumbuh pada dua bidang utama antara lain sektor business banking dan consumer and retail banking. "Sektor business banking tumbuh 26,5% dan consumer and retail banking tumbuh 15,5%," kata Gatot.
Pertumbuhan kredit BNI itu membuat loan to deposit ratio (LDR) meningkat dari 77,5% pada 2012 menjadi 85,3% pada 2013. Peningkatan kredit ini menunjukkan fungsi BNI sebagai lembaga intermediary yang semakin baik.
Kualitas kredit perseroan membaik. Hal itu ditandai dengan menurunnya net non performing loan (NPL) mapun gross NPL. Net NPL turun dari 0,8% pada 2012 menjadi 0,5% pada 2013.
Gross NPL turun dari 2,8% pada 2012 menjadi 2,2% pada 2013. Selain itu, sesuai prinsip kehati-hatian, BNI juga mencatatkan rasio pencadangan dari 123% pada 2012 menjadi 128,5% pada 2013.
Sementara itu, ekspansi kredit BNI tumbuh cukup tinggi pada 2013 didukung oleh adanya peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 13,3% dari Rp 257,66 triliun pada 2012 menjadi Rp 291,89 triliun pada 2013.
"Kualitas DPK pun semakin dijaga dengan fokus utama pada penghimpunan dana murah berupa current account saving account (CASA)," kata Gatot.
Upaya itu telah menghasilkan pertumbuhan CASA sebesar 15,3% atau senilai Rp 26,5 triliun. Dengan penambahan CASA tersebut, komposisi dana murah yang dikelola BNI meningkat dari 67 % pada 2012 menjadi 68,5% pada 2013.
Pertumbuhan Laba
Perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 9,05 triliun pada 2013. Jumlah tersebut meningkat 28,5% jika dibandingkan laba tahun 2012 sebesar Rp 7,04 triliun.
Pencapaian laba tersebui ditopang oleh pendapatan operasional (operating income) yang mencapai Rp 28,50 triliun atau tumbuh 18,81% dibanding tahun 2012.
Laju operasional BNI tersebut ditopang oleh pesatnya pendapatan bunga bersih (net interest income) yang mencapai Rp 19,06 triliun atau melesat 23,3% lebih tinggi dibandingkan tahun 2012.
Selain itu, pendapatan bunga bersih disumbang oleh realisasi pendapatan non bunga yang mencapai Rp 9,379,44 triliun atau tumbuh 10,91%.
"Kinerja BNI yang cemerlang itu kami capai di tengah sejumlah tantangan yang muncul baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak yang memicu inflasi tinggi, nilai tukar rupiah yang tertekan akibat melebarnya defisit transaksi berjalan, hingga isu pengurangan stimulus ekonomi oleh pemerintah Amerika Serikat," kata Gatot. (Yas/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
"Kredit korporasi itu sudah termasuk 116 debitur kredit medium BNI yang baik kelas ke kredit korporasi dengan total nilai mencapai Rp 10,3 triliun akibat peningkatan usaha bisnisnya," ujar Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk, Gatot Suwondo, Rabu (19/2/2014).
Kredit BNI terus tumbuh pada dua bidang utama antara lain sektor business banking dan consumer and retail banking. "Sektor business banking tumbuh 26,5% dan consumer and retail banking tumbuh 15,5%," kata Gatot.
Pertumbuhan kredit BNI itu membuat loan to deposit ratio (LDR) meningkat dari 77,5% pada 2012 menjadi 85,3% pada 2013. Peningkatan kredit ini menunjukkan fungsi BNI sebagai lembaga intermediary yang semakin baik.
Kualitas kredit perseroan membaik. Hal itu ditandai dengan menurunnya net non performing loan (NPL) mapun gross NPL. Net NPL turun dari 0,8% pada 2012 menjadi 0,5% pada 2013.
Gross NPL turun dari 2,8% pada 2012 menjadi 2,2% pada 2013. Selain itu, sesuai prinsip kehati-hatian, BNI juga mencatatkan rasio pencadangan dari 123% pada 2012 menjadi 128,5% pada 2013.
Sementara itu, ekspansi kredit BNI tumbuh cukup tinggi pada 2013 didukung oleh adanya peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 13,3% dari Rp 257,66 triliun pada 2012 menjadi Rp 291,89 triliun pada 2013.
"Kualitas DPK pun semakin dijaga dengan fokus utama pada penghimpunan dana murah berupa current account saving account (CASA)," kata Gatot.
Upaya itu telah menghasilkan pertumbuhan CASA sebesar 15,3% atau senilai Rp 26,5 triliun. Dengan penambahan CASA tersebut, komposisi dana murah yang dikelola BNI meningkat dari 67 % pada 2012 menjadi 68,5% pada 2013.
Pertumbuhan Laba
Perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 9,05 triliun pada 2013. Jumlah tersebut meningkat 28,5% jika dibandingkan laba tahun 2012 sebesar Rp 7,04 triliun.
Pencapaian laba tersebui ditopang oleh pendapatan operasional (operating income) yang mencapai Rp 28,50 triliun atau tumbuh 18,81% dibanding tahun 2012.
Laju operasional BNI tersebut ditopang oleh pesatnya pendapatan bunga bersih (net interest income) yang mencapai Rp 19,06 triliun atau melesat 23,3% lebih tinggi dibandingkan tahun 2012.
Selain itu, pendapatan bunga bersih disumbang oleh realisasi pendapatan non bunga yang mencapai Rp 9,379,44 triliun atau tumbuh 10,91%.
"Kinerja BNI yang cemerlang itu kami capai di tengah sejumlah tantangan yang muncul baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak yang memicu inflasi tinggi, nilai tukar rupiah yang tertekan akibat melebarnya defisit transaksi berjalan, hingga isu pengurangan stimulus ekonomi oleh pemerintah Amerika Serikat," kata Gatot. (Yas/Ahm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com