Shinkansen RI Butuh 'Jalan Tol' Kereta Api

Pengamat menilai proyek kereta super cepat Shinkansen sangat sulit direalisasikan mengingat bakal terkendala pembebasan lahan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Feb 2014, 08:46 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2014, 08:46 WIB
kereta-shinkansen-140202b.jpg
Pembangunan kereta super cepat Shinkansen di Indonesia banyak diragukan beberapa pengamat. Mereka menganggap bahwa rencana tersebut sangat sulit direalisasikan mengingat bakal terkendala pembebasan lahan, seperti pembangunan jalur rel ganda Jakarta-Surabaya.

Menurut Deputi Kementerian Perekonomian Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,  Lucky Eko Wuryanto, kereta peluru Shinkansen rute Jakarta-Bandung-Cirebon-Surabaya memang memerlukan jalur rel khusus, bukan jalur ganda.

“Itu lain lagi (bukan jalur ganda). Jadi perlu bangun rel khusus. Ibaratnya kayak jalan tolnya kerepa api, makanya kalau digabung ya tidak mungkin,” ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Senin (24/2/2014).

Dia mengakui, jalur rel khusus Shinkansen dapat dibangun melayang di atas jalur ganda. Namun tentu harus mempertimbangkan beberapa titik yang perlu terpisah dari jalur rel ganda.

“(Jalur rel khusus) bisa dibangun di atasnya. Dengan teknologi konstruksi yang ada sekarang, sebenarnya tidak ada masalah. Tapi kereta cepat memang butuh radius lebih panjang untuk belok, jadi di beberapa titik, jalur harus berpisah dengan jalur ganda,” jelas Lucky.

Dengan cara ini, katanya, akan mengurangi biaya pembebasan lahan secara signifikan. Maklum pembangunan jalur rel ganda saja sudah menuai masalah gara-gara rumitnya pembebasan lahan.

“Jika dibangun melayang akan mengurangi biaya tanah yang mahal. Karena jalur lurus kereta Shinkansen yang bisa dibuat di atas jalur ganda bisa mencapai ratusan kilometer, sehingga pembebasan tanah bisa dikurangi,” cetus Lucky.
Sebelumnya, Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) sudah membocorkan sedikit teknologi yang akan diterapkan pada moda transportasi ini.

Salah satu teknologi yang akan diterapkan adalah kereta dirancang untuk mengambang di atas rel. Teknologi ini berbeda jauh dari moda transportasi kereta konvensional.

"Shinkansel ini tidak napak, alias mengambang, jadi harus elevated," kata Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, Dedy Priyatna.

Namun Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Darmaningtyas mempertanyakan konsep kereta api Shinkansen apakah bisa menggunakan jalur rel kereta api ganda Jakarta-Surabaya yang masih dalam tahap pembangunan atau harus membangun rel baru untuk kereta berkecepatan 300 km per jam itu.

Jika Shinkansen membutuhkan jalur rel baru, menurut Darmaningtyas, pemerintah dan pihak-pihak terkait memerlukan lahan cukup banyak untuk bisa merealisasikan pembangunan kereta api tercepat sepanjang sekitar 1.020 km.

"Apakah ada lahan kalau memang harus bikin rel baru? Bikin masalah lagi saja. Wong buat rel ganda saja butuh waktu dan usaha besar karena banyak lahan yang harus dibebaskan. Kementerian Perhubungan saja masih terkendala sama lahan untuk bangun rel ganda," tegas dia. (Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya