Liputan6.com, Zurich - Tiga lembaga Amerika Serikat, Kejaksaaan Agung, FBI, dan Ditjen Pajak AS (IRS), melukiskan badan sepak bola dunia (FIFA) setara dengan keluarga mafia dan kartel-kartel narkoba.
Para penegak hukum AS itu, menyebut para pejabat puncak FIFA memperlakukan keputusan bisnis sebagai kuitansi untuk diperdagangkan demi memperkaya diri mereka sendiri.
"Seorang pejabat sepak bola bisa mengutip suap sekitar 10 juta dolar AS atau sekitar Rp131 miliar," kata Jaksa Agung Amerika Serikat Loretta E. Lynch.
Menurut Lynch, individu-individu dan organisasi-organisasi sepak bola ini terlibat dalam suap untuk memutuskan siapa yang menayangkan pertandingan, di mana pertandingan itu akan digelar, dan siapa yang seharusnya memimpin organisasi yang mengelola sepak bola di seluruh dunia.
New York Times melaporkan, lalu lintas uang suap mereka mengikuti skema saluran yang rumit. Para jaksa AS lalu mengungkapkan berbagai modus mereka dalam melakukan korupsi tersebut.
Suap
Modus-modus mereka adalah menggunakan kontrak konsultan palsu untuk menyalurkan pembayaran ilegal, mengirimkan uang melalui rekanan-rekanan yang bekerja di bank atau perdagangan mata uang.
Kemudian mereka membuat perusahaan abal-abal untuk menghindari pajak, menyembunyikan rekening-rekening bank asing, menggunakan kotak-kotak besi penyimpan uang, serta menyelundupkan uang tunai dalam jumlah besar.
Beberapa pembayaran suap itu dilakukan dengan pola kuno, seperti terjadi pada tawaran tender Afrika Selatan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010.
Jack Warner, yang saat itu anggota Komite Eksekutif FIFA, mengutus seorang rekanan untuk terbang ke Paris. Ia disuruh menerima sebuah koper penuh berisi uang tunai 10.000 dolar AS (Rp131 juta) dari seorang anggota komite tender Afsel. Setelah itu, koper diserahkan kepada Warner di Trinidad.
Kemudian, seorang anggota komite tender tuan rumah Piala Dunia dari Maroko menawari Warner 1 juta dolar AS (Rp13,1 miliar) dengan balasan satu suara. Namun tawaran orang Maroko ini kalah jumlah oleh komite tender Afsel yang memasang angka 10 juta dolar AS (Rp 131 miliar) untuk satu suara Warner dan dua orang anggota Komite Eksekutif FIFA lainnya, guna memenangkan Afsel.
Ketiga orang anggota Komite Eksekutif FIFA ini akhirnya memilih Afsel. Demikian dikatakan para jaksa AS dalam surat dakwaannya.
Advertisement
Pemerasan
Masih menurut New York Times, bukan hanya itu, ternyata pemilihan presiden FIFA pada 2011 juga melibatkan Warner. Seorang pesekongkol yang tak diungkapkan namanya, menyebutkan "seorang pejabat puncak FIFA dan AFC" yang mencalonkan menjadi Presiden FIFA, menghubungi Warner.
Pesekongkol itu mengatakan ingin mensosialisasikan pencalonan dirinya kepada para pejabat sepak bola dengan meminta Warner mengatur pertemuan dengan para pejabat itu.
Demi kepentingan itu si pesekongkol mengalirkan dana sebesar 363 ribu dolar AS, tepatnya 363.537,98 dolar (sekitar Rp 4,7 miliar), kepada Warner.
Untuk sebuah pertemuan yang berlangsung pada Mei 2011, Warner meminta para pejabat Uni Sepak Bola Karibia (CFU) untuk berkumpul di Hyatt Regency di Trinidad. Di sana si pesekongkol menyampaikan program pencalonannya kepada para pejabat sepak bola itu. Kemudian, Warner menginformasikan kepada para pejabat itu untuk menerima "hadiah" di sebuah ruangan konferensi.
"Hadiah" itu ternyata dalam bentuk uang tunai sebesar 40 ribu dolar AS (Rp 524 juta), yang dibagikan dalam amplop-amplop.
Pencucian Uang
Kemarin, polisi Swiss, atas permintaan pihak berwenang AS telah menangkap sejumlah pejabat teras FIFA atas tudahan suap, pemerasan dan pencucian uang.
Kejaksaan Agung Amerika Serikat sendiri mengumumkan 14 nama, selain mengungkapkan beberapa eksekutif pemasaran sepak bola dari AS dan Amerika Selatan, yang telah menyuap sekitar 150 juta dolar (hampir Rp 2 triliun) dalam kaitannya dengan berbagai turnamen sepak bola besar.
Para pejabat FIFA yang ditangkap itu adalah Eduardo Li, Jeffrey Webb, Eugenio Figueredo, Jack Warner, Julio Rocha, Costas Takkas, Rafael Esquivel, Jose Maria Marin san Nicolas Leoz.
"Mereka bertanggung jawab pada semua tingkatan, mulai dari membangun lapangan sepak bola untuk anak-anak berkembang dan mengorganisir Piala Dunia," kata Jaksa Agung Lynch.
Baca juga:
MU Siapkan Dana Besar untuk Dapatkan Pemain Bintang
Bek Barcelona Ini Masuk Target Van Gaal
Wakil Presiden dan 9 Pejabat FIFA Ditangkap Atas Tuduhan Korupsi
Â
Advertisement