Liputan6.com, Jakarta - Ketika masih menjabat Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin selalu menyebut keuangan PSSI mengalami surplus. Dia menyebut PSSI pada 2014 lalu surplus sebesar Rp 4,6 miliar.
Namun kenyataannya, PSSI malah memiliki utang segudang, sebesar Rp 38 miliar. Mayoritas utang berasal dari sebuah stasiun swasta untuk program tim nasional. Selama ini, laporan keuangan menjadi sasaran tembak pihak-pihak yang menyebut PSSI tidak transparan. Terutama dalam hal keuangan.
Direktur keuangan PSSI, Aria Yudistira menjelaskan, keterangan Djohar salah. Sebab, menurut Aria, Djohar tidak bisa, atau salah membaca neraca keuangan PSSI.
"Di setiap kongres tahunan, disampaikan laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan. Sehingga anggota PSSI dapat melihat secara utuh. Bahwa dalam sisi aktivitas keuangan tahun ini, PSSI bisa saja punya surplus. Tetapi secara menyeluruh di dalam posisi neraca, PSSI minus," ungkap Aria di Kantor PSSI, Senin (6/7/2015).
Advertisement
Lebih jauh, Aria menjelaskan Djohar tidak membaca secara utuh laporan keuangan. Dia berasumsi, Djohar hanya membaca aktivitas tahunan. Jadi, dianggapnya PSSI surplus.
"Padahal itu hanya neraca pemasukan dan pengeluaran berdasar program atau aktivitas di tahun itu saja. Bukan posisi keuangan atau neraca," dia melanjutkan.
Ketika Kongres Tahunan PSSI, 4 Januari silam, laporan keuangan PSSI dinyatakan surplus Rp 4,6 miliar. Namun, setelah diaudit hanya sebesar Rp 1,2 miliar. Keuangan PSSI berada di titik terendah ketika tahun 2012, atau era Liga Prima Indonesia (LPI). Keuangan PSSI di masa itu minus Rp 7,2 miliar.
Setelah La Nyalla menjadi Wakil Ketua Umum PSSI pada tahun 2013 dan 2014 laporan aktivitas menjadi surplus. "Meskipun posisi neraca minus akibat beban utang sebelumnya," Aria memberikan penjelasan.
(Cak/Rjp)
Baca juga:
9 Pembelian Murah Manchester United Namun Jadi Superstar
9 Fakta Unik Martunis, Anak Angkat CR7 yang Jarang Diketahui