Liputan6.com, Jakarta- Tanggal 14 Januari 2016 menjadi hari kelabu bagi bangsa Indonesia. Serangan teroris terjadi di jantung Kota Jakarta di siang hari bolong. Pelaku menyasar gerai Starbucks dan pos polisi yang berada di kawasan Sarinah.
Hingga berita ini diturunkan, lebih dari 5 orang dinyatakan tewas dan puluhan lainnya terluk. Simpati untuk Indonesia mengalir di media sosial sesaat setelah tragedi berdarah itu terjadi.
Baca Juga
- Bergelimang Harta, ke Mana Uang Ronaldo Dihabiskan?
- Liga Super Eropa Gantikan Liga Champions?Misi Adidas Bawa Messi dan Guardiola ke MU
Tak hanya para pejabat tinggi negara-negara sahabat, ucapan simpati juga datang dari klub-klub sepak bola Eropa. Mereka sama-sama mencoba menguatkan fansnya yang berada di Indonesia agar tidak takut melawan ancaman teroris.
"Turut berdukacita untuk semua pihak yang menjadi korban bom dan penembakan di Jakarta hari ini. Mari berdoa untuk yang terbaik dari kejadian ini dan semoga tidak terulang kembali. Dari kami semua di ‪#‎mufc‬," tulis Manchester United di Facebook.
"Indonesia stay strong! #Jakarta #KamiTidakTakut," kicau AC Milan.
Ucapan simpati atas tragedi mengerikan di Sarinah juga datang dari Inter Milan. "F.C. Internazionale ingin menyampaikan belasungakwa yang mendalam dan solidaritas dengan keluarga dari para korban serangan siang tadi di Jakarta," tulis Inter di situs resminya.
Presiden Inter Erick Thohir yang kebetulan berasal dari Indonesia sangat sedih dengan serangan teroris di Sarinah tersebut.
"Ini sungguh menyakitkan, melihat kotaku terguncang dan menderita akibat kejadian semacam ini. Saya dan keluarga, beserta seluruh staf di sini, berada dalam kondisi aman dan baik. Namun, saya terkejut dengan kenyataan bahwa sejumlah orang yang tidak bersalah harus kehilangan hidup mereka akibat serangan yang mengerikan ini. Saya benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang telah terjadi."
"Saya berdoa untuk para korban dan keluarga mereka, dan semoga kejadian-kejadian semacam ini – juga dengan serangan aksi teror akhir-akhir ini di Paris dan Istanbul – tidak akan pernah terulang," kata Thohir.*