Liputan6.com, Jakarta - Raden Ajeng Kartini merupakan pelopor kebangkitan wanita Indonesia. Bekat perjuangannya, wanita-wanita Indonesia saat ini menikmati kesetaraan dengan kaum pria. Peran kaum hawa tak lagi di belakang dapur. Kini wanita Indonesia berdiri sejajar dengan pria dalam kemajuan bangsa.
Di pentas olahraga, atlet-atlet wanita Indonesia tak kalah berprestasi dibanding pria. Bahkan di ajang sekelas Olimpiade, wanita menjadi pioner dalam menyumbang pundi-pundi medali Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
- MotoGP Indonesia Gunakan Sentul, Menpora Lapor Presiden
- Saksikan Uji Coba Persib, Apa Kata Djadjang?
- Strategi Persib Mulai Berjalan, Dejan Puas
Indonesia pertama kali tampil di Olimpiade, tahun 1952. Hingga saat ini, setidaknya sudah ada 11 wanita yang mampu menyumbangkan medali bagi Tanah Air. Bahkan, medali pertama Indonesia di Olimpiade lahir dari tangan-tangan terlatih srikandi Indonesia yang tampil di nomor beregu panahan.
Trio Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani berhasil merebut medali perak pada Olimpiade Seoul, Korea Selatan, 1988. Ini menjadi satu-satunya medali Indonesia kala itu.
Empat tahun kemudian, Indonesia akhirnya berhasil merebut medali emas pertama di pentas Olimpiade. Susi Susanti yang tampil di nomor tunggal putri merebut emas di Olimpiade Barcelona 1992. Emas lainnya diraih oleh pebulutangkis pria, Alan Budi Kusuma yang kini jadi suaminya.
Setelah era Susi, muncul srikandi-srikandi lainnya yang sukses mengukir prestasi di multieven empat tahunan itu. Berikut ini adalah profil singkat 'Kartini-Kartini Olimpiade Indonesia'
Panahan
Nurfitriyana Saiman
Personel trio srikandi Indonesia yang paling tua. Fitri -sapaan akrab Nurfitriyana- setelah pensiun sebagai atlet, berkiprah jadi pelatih. Ada kebiasaan unik yang dilakukan Fitri jika kesal melihat anak asuhnya gagal mengarahkan panah sesuai target. Wanita kelahiran Jakarta 7 Maret 1962 ini suka meremas botol untuk melampiaskan kekesalannya itu.
Lilies Handayani
Sebagai salah satu personel trio srikandi Indonesia, Lilies tak hanya mewariskan medali perak Olimpiade Seoul bagi Indonesia. Saat ini, Lilies juga tengah menyiapkan putrinya, Deli Theresia Adinda sebagai penerus. Saat ini Dinda tengah mempersiapkan diri menghadapi SEA Games 2017.
Kusuma Wardhani
Dia merupakan pemanah terbaik Sulsel yang pernah lahir hingga saat ini. Lahir di Makassar, 20 Februari 1964, Kusuma Wardhani, ikut bahu-membahu dengan kedua rekannya merebut medali perak di nomor beregu pada Olimpiade Seoul 1988. Di perebutan tempat kedua, Kusuma Wardhani dan kedua rekannya, Lilies Handhayani dan Nurfitriyana berhasil mengalahkan Amerika Serikat.
Advertisement
Bulu Tangkis
Susi Susanti
Susi merupakan pebulutangkis putri terbaik yang dimiliki Indonesia. Di eranya, Susi menjadi momok bagi lawan-lawannya di nomor tunggal putri. Susi pun tidak menyia-nyiakan saat bulu tangkis untuk pertama kali dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992.
Di nomor tunggal putri, Susi Susanti berhasil mengalahkan rival abadinya asal Korea Selatan, Bang So Hyun. Untuk diketahui, kedua pebulutangkis itu adalah pebulutangkis wanita papan atas di era 90an. Keduanya kerap bersaing di turnamen-turnamen bulutangkis tingkat dunia.
Minarti Timur
Di nomor ganda campuran, Minarti Timur adalah senior Lilyana Natsir. Nama pebulutangkis kelahiran 24 Maret 1968 ini sempat menjuarai berbagai event dengan pasangan berbeda. Tentu salah satunya adalah ketika berhasil merebut medali perak Olimpiade Sydney 2000 bersama Tri Kusharjanto.
Lilyana Natsir
Berpasangan dengan Tontowi Ahmad, Lilyana Natsir adalah andalan Indonesia di cabang bulutangkis nomor ganda campuran. Lahir di Manado, Sulawesi Utara 9 September 1985, Lilyana telah menorehkan banyak prestasi di bulutangkis, salah satunya adalah juara All England pada tahun 2012.
Maria Kristin
Wanita terakhir yang mempersembahkan medali bagi Indonesia di Olimpiade. Maria mempersembahkan medali perunggu di cabang bulutangkis nomor tunggal putri saat Olimpiade Beijing 2008. Yang unik dari wanita kelahiran 25 Juni 1985 ini adalah, dia sempat membenci bulutangkis sebelum terjun menjadi atlet tepok bulu.
Mia Audina
Selain Susi Susanti, Mia Audina boleh dibilang sebagai salah satu Kartini di bulutangkis Indonesia pada era 90an. Mia lahir di Jakarta 22 Agustus 1979. Dia sempat dijuluki Si Anak Ajaib karena menjadi pemain penentu kemenangan Indonesia saat menjuarai Piala Uber 1994 dan 1996. Namun sayang, pada tahun 1999, Mia Audina pindah kewarganegaraan menjadi Belanda usai menikah dengan penyanyi gospel, Tylio Arlo Lobman.
Angkat Besi
Raema Lisa Rumbewas
Darah atlet sudah mengalir dalam diri atlet angkat besi Raema Lisa Rumbewas. Ya, ayahnya Levi Rumbewas adalah salah satu binaragawan terbaik Indonesia. Sementara, ibunya, Ida Korwa juga seorang atlet angkat besi. Kentalnya darah olahragawan itulah yang membuat Lisa Rumbewas berprestasi, salah satunya medali perak Olimpiade Athena 2004.
Sri Indriyani
Sri Indriyani lahir di Lampung 12 November 1971. Serupa dengan Lisa Rumbewas, Sri Indriyani turut mempersembahkan medali bagi Indonesia di Olimpiade Athena 2004. Bedanya, Sri mempersembahkan medali perunggu. Kini, Sri kabarnya bekerja di PT Pos Indonesia di Jepara setelah pensiun.
Winarni Binti Slamet
Olimpiade Athena 2004 adalah momen emas bagi angkat besi nasional. Selain lewat Lisa Rumbewas dan Sri Indriyani, ada Winarnni binti Slamet yang mempersembahkan medali bagi Indonesia. Winarni mempersembahkannya di kelas 53 kg. Kini, Winarni yang lahir pada 19 Desember 1979 telah pensiun.
Advertisement