KLB Berjalan Mulus, Reformasi PSSI di Depan Mata?

Jadi tonggak reformasi PSSI

oleh Marco Tampubolon diperbarui 04 Agu 2016, 17:50 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2016, 17:50 WIB
20160803-Kongres Luar Biasa PSSI Tetapkan Enam Agenda Utama-Jakarta
Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI berlangsung mulus.

Liputan6.com, Jakarta Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI berjalan mulus. Nyaris tak ada kendala berarti yang menghalangi rapat para pemilik suara PSSI yang berlangsung di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Rabu (4/8/2016). 

Padahal lebih dari seribu pendukung Persebaya 1927 telah berada di Jakarta sejak sehari sebelum KLB PSSI berlangsung. Awalnya mereka ingin menyuarakan aspirasi terkait status tim kesayangannya di area kongres, tapi upaya tersebut batal karena polisi melarang mereka mendekat ke Ancol, Jakarta Utara. 

Beberapa orang bonek nekat mendekat meski tak sampai mengganggu jalannya KLB. Mereka tertahan jauh dari lokasi kongres. Sedangkan sebagian besar memilih bertahan di Stadion Tugu, Jakarta Utara, sembari menunggu kabar dari arena KLB terkait masa depan Bajul Ijo ke depannya. 

Animo para pemilik suara juga terbilang besar. Dari 107 voter, hanya dua yang absen pada KLB PSSI, kemarin, yakni Persipal Palu dan Persimuba Musi Banyuasin. Sidang dipimpin Plt Ketua Umum PSSI, Hinca Panjaitan dan resmi dibuka pada pukul 10.30 WIB. Acara ini juga dihadiri perwakilan FIFA, Primo Carvaro dan Purushotam Kattel sebagai perwakilan dari AFC.

Mantan-mantan pengurus PSSI sebelumnya juga datang memenuhi undangan, termasuk sosok kontroversial Nurdin Halid. Kepada wartawan, Ketua Umum PSSI Periode 2003-2011 tersebut mengaku berharap KLB yang digelar PSSI mampu mengurai benang kusut yang melanda sepak bola Indonesia.

"Saya di sini diundang sebagai anggota Dewan Kehormatan PSSI. Saya berharap semua masalah sepak bola Indonesia saat ini bisa terselesaikan lewat KLB PSSI," kata Nurdin saat itu. Selain Nurdin, Ketua Umum PSSI periode 1999–2003, Agum Gumelar juga ikut menghadiri rapat akbar tersebut. 

Dukungan juga datang dari La Nyalla Mattalitti, ketua umum PSSI yang terpilih lewat KLB di Surabaya, Jawa Timur, April 2015. La Nyalla tidak bisa hadir, karena masih menjalani proses hukum yang membelitnya. Namun lewat surat yang dibacakan Hinca di sidang, La Nyalla juga merestui bergulirnya KLB PSSI. Dia bahkan berharap PSSI segera menemukan ketua baru yang mampu membangun sepak bola nasional. 

Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot Dewa Broto yang mewakili pemerintah mengatakan KLB PSSI di Mercure telah sesuai dengan arahan Presiden RI, Joko Widodo. Baginya, kongres ini merupakan tonggak terhadap reformasi PSSI yang diinginkan pemerintah selama ini. 

"Ini adalah hasil kolaborasi apik antara PSSI dan FIFA," puji Gatot.

6 Butir Kesepakatan

Kongres PSSI, PSSI, KLB
Suasana Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Rabu (4/8/2016)


Sesuai harapan, KLB memang berlangsung mulus. Pemilihan ketua baru PSSI resmi diagendakan lewat forum ini. Sempat ada usulan pemilik suara yang tergabung dalam Kelompok 85 agar suksesi dilakukan pada 11 September 2016. Namun setelah penjelasan dari wakil FIFA, Carvaro terkait mekanisme penentuan jadwal kongres, para pemilik suara akhirnya bisa mengerti dan sepakat pemilihan digelar pada 17 Oktober 2016. 

(Simak penjelasan FIFA terkait jadwal Kongres Pemilihan pada tautan ini)

Agenda pembentukan Komite Pemilihan dan Komite Banding juga tanpa kendala. Agum Gumelar telah ditetapkan sebagai ketua Komite Pemilihan dan Erick Thohir sebagai ketua Komite Bandin. Mereka akan dibantu satu orang wakil dan anggota, serta cadangan sebagai antisipasi bila ada yang mengundurkan diri. 

Selain itu, KLB PSSI juga menetapkan Hinca Panjaitan sebagai Plt ketua umum hingga pemilihan digelar. (Simak hasil lengkap KLB PSSI pada tautan ini)

Keinginan Bonek agar permasalahan Persebaya 1927 dibahas di KLB Ancol, memang tidak terwujud. Sebab agenda pembahasan pada Kongres ini sudah ditentukan sebelumnya. Namun delapan anggota eksekutif (exco) PSSI sepakat untuk memasukkan agenda tersebut pada Kongres Pemilihan, 17 Oktober mendatang. 

Momok Suksesi

20160803-Bonek Persebaya Bubar-Jakarta- Helmi Fithriansyah
Nasib Persebaya 1927 akan dibahas pada Kongres PSSI 17 Oktober 2016.

Dalam satu dekade terakhir, pergantian kepemimpinan di tubuh PSSI nyaris tak pernah berlangsung mulus. Perpindahan tampuk kekuasaan dari Nurdin ke Djohar Arifin Husin diwarnai konflik yang memaksa FIFA turun tangan. Saat itu, pemilik suara yang getol ingin mendongkel Nurdin tergabung dalam Kelompok 78. 

Lewat komite normalisasi, Kongres Pemilihan akhirnya digelar di Solo dan memenangkan Djohar. Nurdin sendiri batal maju karena dilarang FIFA bersama George Toisuta, Nirwan Bakrie, dan Arifin Panigoro. Keempatnya masuk daftar hitam yang dianggap menjadi biang keladi konflik sepak bola nasional. 

Di bawah kendali Djohar, PSSI bukan malah kondusif. Konflik kembali pecah dan melahirkan PSSI tandingan yang diprakarsai Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) pimpinan La Nyalla Mattalitti. Kedua kubu kemudian melakukan rekonsiliasi lewat Kongres Luar Biasa (KLB) di Hotel Borobudur, Jakarta, Maret, 2013.

Suksesi kembali bermasalah saat La Nyalla terpilih menggantikan Djohar lewat Kongres di Surabaya, April tahun lalu. Pasalnya, di hari yang sama, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga justru membekukan PSSI. Konflik yang berlarut-larut bahkan sampai membuat Indonesia dijatuhi sanksi oleh FIFA.

Pemerintah menganggap PSSI di bawah kepemimpinan La Nyalla tidak benar-benar mereformasi diri sesuai arahan Presiden RI, Joko Widodo. Selama sanksi FIFA, timnas Indonesia dilarang tampil di luar negeri.   

FIFA kembali turun tangan dengan membentuk tim Ad Hoc di bawah pimpinan Agum Gumelar. Namun upaya rekonsiliasi kerap menemui jalan buntu. La Nyalla kemudian buron setelah dinyatakan sebagai tersangka atas kasus korupsi pembelian saham Bank Jatim. Posisinya kemudian digantikan oleh Plt Hinca Panjaitan. 

Manuver Kelompok 85

Primo Corvaro, FIFA, AFC, PSSI, Kongres PSSI, KLB
Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI juga dihadiri oleh perwakilan FIFA.

FIFA akhirnya mencabut sanksi Indonesia lewat Kongres yang berlangsung 12-13 Mei lalu. Seiring dengan itu, gerakan untuk mengganti kepengurusan PSSI juga kembali bergema seiring kemunculan Kelompok 85.

Kelompok ini dihuni oleh para pemilik suara sah PSSI. Presiden PS TNI yang juga menjabat sebagai Pangkostrad, Pangkostrad Letnan Jenderal, Eddy Rachmayadi diangkat sebagai pemimpinnya. Mereka kompak mengusung misi reformasi di tubuh induk cabang sepak bola Tanah Air tersebut. 

Jelang berlangsungnya KLB PSSI di Ancol, Kelompok 85 rajin mengadakan konsolidasi. Bahkan sehari sebelum acara ini berlangsung, Kelompok 85 melakukan simulasi kongres di Hotel Borobudur, Jakarta. Dalam draft acara yang didapat Liputan6.com dari lokasi simulasi tampak skenario dan strategi Kelompok 85 untuk KLB PSSI tersusun rapi. 

Pembagian peran pun sudah ditentukan, termasuk siapa dan kapan harus melakukan interupsi serta strategi untuk menghindari deadlock.

Namun tidak ada 'perlawanan' yang berarti selama KLB PSSI berlangsung di Ancol. Seluruh misi yang diusung Kelompok 85 tercapai tanpa banyak perdebatan. Salah satunya usulan mengganti seluruh anggota Exco.

Sedangkan mengenai jadwal Kongres Pemilihan PSSI, kelompok 85 awalnya memang sempat mengajukan 11 September, tapi akhirnya sepakat dengan 17 Oktober setelah mendengar penjelasan dari wakil FIFA.

Boleh dikatakan, misi kelompok 85 berjalan mulus. Bahkan di akhir acara, sebagian anggota Kelompok 85 secara terang-terangan mengungkapkan jagoannya pada pemilihan nanti.   

KLB PSSI memang berjalan mulus. Kedewasaan para peserta kongres layak diapreseasi. Namun ini tentu baru titik awal dari agenda perubahan total yang akan digulirkan lewat Kongres Pemilihan Ketua Umum PSSI pada 17 Oktober mendatang. Semoga suasana KLB PSSI bukan seperti air tenang yang menghanyutkan! 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya