Liputan6.com, Jakarta-
Pelatih tim nasional (timnas) Indonesia, Alfred Riedl telah mengumumkan 47 nama yang bakal diseleksi untuk memperkuat Tim Garuda yang akan turun di Piala AFF 2016 dimana Myanmar dan Filipina menjadi tuan rumah. Uniknya dari banyak nama hanya satu pemain naturalisasi, yakni Kim Jeffrey Kurniawan yang dipanggil untuk mengikuti seleksi.
Baca Juga
Seperti diketahui, sejak keran pertama kebijakan naturalisasi pemain dibuka pada tahun 2010, total ada sekitar 12 pemain yang resmi memegang paspor Indonesia.
Mereka adalah Cristian Gonzales (Uruguay), Greg Nwokolo (Nigeria), Raphael Maitimo (Belanda), Diego Michiels (Belanda), Victor Igbonefo (Nigeria), Sergio van Dijk (Belanda), Bio Paulin (Kamerun), Kim Jeffrey Kurniawan (Jerman), Stefano Lilipaly (Belanda), Tonnie Cussel Lilipaly (Belanda), Ruben Wuarbanaran (Belanda) dan Jhonny van Beukering (Belanda).
Keputusan untuk melakukan naturalisasi sempat diyakini bakal memberikan dampak positif bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Sayangnya, sejak dilakukan, tak ada satu pun prestasi yang hadir dari Tim Merah Putih di kancah internasional.
Jangankan berprestasi di level timnas, beberapa diantara para pemain naturalisasi itu justru gagal membuktikan diri di level klub. Lihat saja nama-nama seperti Van Beukering, Toni Cussel, Ruben Wuarbanaran justru tidak diketahui lagi nasibnya pasca-gagal total unjuk gigi di sepak bola Indonesia.
Kendati demikian, tetap saja ada beberapa pemain naturalisasi yang terus membuktikan kualitasnya di level klub. Bahkan beberapa diantara mereka justru mengalami peningkatan performa.
Terkait itu, Liputan6.com mencoba merangkum lima pemain naturalisasi yang pantas memperkuat timnas Indonesia jika berkaca pada performa di klub:
1. Greg Nwokolo (Persipura Jayapura)
Greg Nwokolo dipastikan akan kembali ke Indonesia untuk berkarier bersama Persipura Jayapura pada putaran kedua Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo. Itu berarti Greg akan menyudahi perantauannya di luar negeri yang kurang lebih telah berjalan selama setahun
Seperti diketahui, pasca-Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA, Greg memutuskan hengkang dari Tanah Air dan memilih Thailand menjadi tempat melanjutkan karier sepak bolanya. Di Negeri Gajah Putih itu, dia bergabung bersama klub elit, BEC Tero Sasana.
Meski memiliki skill individu yang menonjol ketika berkarier di Indonesia, Greg justru kesulitan menunjukkannya di Liga Thailand. Tercatat pada gelaran Liga Thailand 2015, Greg hanya mampu mencetak lima gol. Meski begitu, Greg tetap bertahan di BEC Tero pada musim selanjutnya.
Sayangnya, performa Greg tak membaik di Liga Thailand 2016. Faktor cedera menghambat Greg untuk unjuk kemampuan menggedor jala gawang lawan. Hasilnya, BEC Tero memutuskan kontrak Greg disaat liga sedang berjalan.
Kendati performanya tidak terlalu baik, Greg tetap pantas mendapatkan panggilan timnas karena skill individu yang di atas rata-rata. Selain itu pengalamannya berkarier di luar negeri juga bisa berpangaruh positif kepada timnas Indonesia.
2. Stefano Lilipaly (Telstar)
Stefano Lilipaly merupakan salah satu pemain naturalisasi yang memiliki karier cemerlang. Sayangnya, kariernya sempat terkatung-katung ketika memutuskan bergabung dengan Persija Jakarta pada Indonesia Super League 2015. Padahal pada waktu itu, pemain yang akrab disapa Fano ini merupakan skuat utama klub asal Belanda, Almere City.
Bersama Macan Kemayoran, nasib Fano bisa dibilang tidak jelas. Bahkan dia sempat tidak mendapat bayaran karena Persija menunggak gajinya selama dua bulan.
Alhasil dia memilih hengkang dari Indonesia dan bergabung dengan klub divisi dua Jepang, J2 League, Consadole Sapporo. Di Jepang karier Fano juga tak baik, dia tercatat hanya bermain dalam empat laga.
Dia pun memutuskan pulang kampung ke Belanda. Nasib baik berpihak kepada pemain berusia 26 tahun ini, klub Eerste Divisie atau divisi dua Belanda, Telstar mengontraknya.
Ternyata sentuhan Fano belum berkurang, kendati sempat absen beberapa bulan dari lapangan hijau. Dia langsung menjadi pilihan utama bagi pelatih Michel Vonk untuk mengisi lini tengah Telstar.
Hebatnya lagi, Fano sempat mencetak gol semata wayang kemenangan Telstar saat mengalahkan Helmond Sport, April lalu. Telstar sendiri akhirnya finis di peringkat ke-12.
3. Victor Igbonefo (Royal Navy FC)
Victor Igbonefo resmi menjadi warga negara Indonesia pada 10 Oktober 2011. Pemain kelahiran Nigeria ini bahkan telah memperkuat timnas Indonesia pada 23 Maret 2013 ketika melawan Arab Saudi di ajang Pra Piala Asia 2015.
Keputusan menaturalisasi Igbonefo tak terlepas dari kiprah apiknya di Indonesia bersama Persipura. Igbonefo tercatat telah berhasil meraih dua trofi ISL serta satu trofi Liga Indonesia dan Comunity Shield.
Namun, dia memutuskan hijrah dari sepak bola Indonesia pasca PSSI mendapatkan sanksi dari FIFA. Dia memilih Thailand sebagai pelabuhan selanjutnya dengan memperkuat Osotspa. Sayang, performanya tak gemilang sehingga membuatnya harus pergi dan bergabung dengan klub Royal Navy FC di Liga Thailand.
Bersama klub yang berlatar belakang angkatan laut Thailand ini Igbonefo perlahan tapi pasti mulai menemukan sentuhan terbaiknya. Puncaknya terjadi ketika Igbonefo mencetak gol perdananya pada pekan ke-23. Bahkan ia sempat masuk dalam best eleven of the week Thailand League 2016 sebanyak tiga kali.
4. Bio Paulin (Persipura Jayapura)
Bio Paulin dan Persipura ibarat dua pasangan kekasih yang sulit dipisahkan. Pemain asal Kamerun ini telah menjadi palang pintu pertahanan Mutiara Hitam sejak 2007.
Berbagai gelar telah dipersembahkan untuk Persipura seperti tiga trofi Indonesia Super League dan satu Piala Inter Island Cup. Berdasarkan prestasi dan performa yang menawan itu, Bio akhirnya resmi mendapatkan paspor Indonesia pada 23 Maret 2015.
Bio juga telah mencatatkan satu caps bersama Tim Garuda ketika menghadapi Myanmar pada 30 Maret 2015.
Pada gelaran Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo, performa Bio bisa dibilang cukup baik. Meski Persipura saat ini berada di peringkat ketujuh dengan 19 poin, tapi performa Bio tetap mengesankan.
Bio adalah tipikal bek tengah yang tak pandang kompromi. Dia akan berusaha menghalau serangan lawan yang masuk ke daerahnya dengan berbagai cara. Postur tubuhnya yang tinggi menjulang selalu digunakannya untuk menghalau bola atas.
Meski begitu, Bio juga tak lemah terhadap serangan dari bola bawah. Hal itu dibuktikan ketika pemain asal Kamerun ini memiliki keberhasilan melakukan tekel mencapai 86 persen.
Jika dilihat dari statistik individu seharusnya Bio pantas mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi timnas Indonesia untuk Piala AFF 2016.
5. Raphael Maitimo (Arema Cronus)
Keberhasilan Arema Cronus meraih beberapa prestasi belakangan tak terlepas dari kontribusi apik Raphael Maitimo. Pemain yang akrab disapa Rapha ini sukses menjadi penyambung lini belakang, tengah dan depan Singo Edan.
Duetnya bersama Hendro Siswanto sangat krusial bagi Arema. Sebab, dari kedua pemain tersebut arah serangan Arema bermula.
Hasilnya dua trofi bergengsi Bali Island Cup dan Piala Bhayangkara sukses diberikan Maitimo untuk klub kebanggaan warga Malang ini.
Di ajang Torabika Soccer Championship Presented by IM3 Ooredoo, peran Maitimo untuk Arema tetap vital. Dia tercatat telah bermain di 12 laga dengan koleksi satu gol dan tiga assist.
Statistik individunya juga sangat ciamik setelah persentase akurasi operannya mencapai 85 persen. Sedangkan sukses dribel mencapai 100 persen, yang berarti Maitimo tidak terhentikan ketika melakukan pergerakan dengan bola.
Selain piawai mengatur serangan, Maitimo juga disiplin dalam bertahan. Posisinya sebagai gelandang tengah membuatnya bertanggung jawab sebagai pemain pertama yang menghentikan serangan lawan.
Hal ini berhasil dia perankan setelah persentase sukses tekelnya berada di angka 64 persen. Berkat kebolehannya itu, Arema kini bertengger di peringkat kedua klasemen dengan koleksi 27 poin.
(Yosef Deny Pamungkas)