Liputan6.com, Rio De Janeiro - Lightning Bolt atau petir adalah julukan yang disematkan untuk Usain Bolt ketika masih menginjak usia 15 tahun. Kala itu, dia ambil bagian di World Junior Championship 2002 dan mencuri perhatian saat memenangkan balap lari nomor 200 meter sekaligus menjadi peraih medali emas termuda.
Usianya pada 21 Agustus lalu sudah mencapai 30 tahun, tapi Bolt sama sekali belum kehilangan kecepatannya. Di Olimpiade Rio 2016, Bolt menorehkan prestasi treble-treble, yakni menang di tiga nomor dalam tiga olimpiade.
Baca Juga
Medali emasnya yang kesembilan diraih saat kontingen Jamaika memenangkan final estafet 4x100m di Olimpiade Rio. Sebelumnya, Bolt telah memenangkan nomor 100m dan 200m di Rio dan menjadi orang pertama -dan satu-satunya yang memenangkan semua nomor lari cepat di tiga Olimpiade.
Pencapaian sembilan medali emas adalah yang tertinggi di atletik, bersama dengan pelari dan pelompat Amerika Serikat Carl Lewis dan pelari jarak jauh Finlandia, Paavo Nurmi. Ketika berlatih, pelari kelahiran Sherwood Content, Jamaika selalu menanamkan motivasi untuk selalu menjadi yang pertama.
"Saya tak mau menjadi yang kedua. Saat saya berlatih di gym, saya juga berpikir agar bisa pergi ke pantai dengan penampilan yang menawan," kata Bolt suatu waktu.
Bakat Bolt Sudah Tercium Lama
Bakat lari Bolt sesungguhnya tercium ketika dia masih sekolah. Jamaika dikenal sebagai penghasil pelari-pelari cepat dunia, dan sebuah kejuaraan atletik nasional antarsekolah bertajuk The Champs membuat nama Bolt mulai dikenal di negaranya.
Nama Bolt langsung terkenal seantero dunia ketika di Olimpiade Beijing 2008 ia meraih tiga medali emas. Dia merebut status sebagai manusia tercepat di dunia setahun kemudian di Kejuaraan Dunia Atletik dan mempertahankannya hingga sekarang.
Rekor lari 100 meter ia pecahkan pada Kejuaraan Dunia Atletik di Berlin, Jerman pada tahun 2009 dengan catatan waktu 9,58 detik. Catatan waktu itu belum terpecahkan sampai sekarang. Bolt juga memegang rekor nomor 200 meter putra dengan torehan waktu 19,19 detik.
Seperti halnya banyak atlet dunia yang sukses, Bolt juga mesti melakukan banyak pengorbanan untuk mencapai prestasinya. Menurut Bolt, salah satu pengorbanan terbesarnya adalah melawan keinginan mengonsumsi junk food.
"Saya harus menghentikan makan junk food. Saya pikir itu (menghentikan makan junk food) salah satu pengorbanan terbesar untuk saya, sebab saat tengah malam saya sering ingin makan junk food. Secara pribadi itu pengorbanan paling besar," tuturnya.
Advertisement
Kontroversi di Olimpiade 2016
Kesuksesannya di dunia olahraga tidak membuat Bolt berfoya-foya. Dia mendirikan badan amal dengan nama Usain Bolt Foundation sejak 2011. Badan amal itu membantu anak-anak Jamaika melalui pendidikan dan pengembangan budaya.
Bukan hanya itu, sejumlah fasilitas olahraga juga dibangun oleh badan amal milik Bolt, baik di sekolah maupun ruang publik. Bahkan, ia pernah membantu pembiayaan operasi anak-anak yang mengalami kelainan jantung di Jamaika.
Namun, setelah Olimpiade Rio kontroversi menerpa pelari dengan tinggi tubuh 196cm ini. Bolt menggelar pesta semalam suntuk bersama banyak wanita. Dalam pesta empat malam itu di klub malam Barra de Tijuca, Rio de Janeiro, Brasil, ia ditemani enam wanita.
Bahkan pada hari lain, Bolt masih mengajak kencan tiga wanita lain di klub malam di Libertine dekat Oxford Street, London. Sebelumnya, gadis berkulit putih yang berstatus sebagai pelajar juga pernah menjadi teman kencan Bolt, bahkan foto-foto mesra keduanya tersebar di internet.