PR Besar Mourinho Usai MU Kalah dari City

Pogba gagal mengeluarkan kemampuan terbaiknya dari tiga laga awal bersama MU.

oleh Thomas diperbarui 11 Sep 2016, 12:10 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2016, 12:10 WIB
jose mourinho
Manajer Manchester United asal Portugal, Jose Mourinho. (AFP/Oli Scarff)

Liputan6.com, Manchester- Manchester United harus menelan kekalahan pertama di Liga Inggris 2016/2017. Setan Merah gagal meneruskan tren positif di awal musim usai dipermalukan rival sekotanya Manchester City 1-2 di Stadion Old Trafford, Sabtu (10/9/2016).

Bermain di kandang sendiri, MU sudah kebobolan ketika laga berjalan 15 menit lewat aksi Kevin de Bruyne. Pemain muda Kelechi Iheanacho menggandakan keunggulan City di menit 36. MU memperkecil ketertinggalan berkat gol Zlatan Ibrahimovic memanfaatkan blunder kiper City Claudio Bravo.

Di babak kedua MU memang bisa menguasai jalannya pertandingan, namun pasukan Jose Mourinho kesulitan menembus pertahanan City. MU gagal mencetak gol penyeimbang sehingga harus puas kalah 1-2.

Hasil ini membuat mereka gagal ke puncak klasemen Liga Inggris. City yang memuncaki klasemen dengan poin sempurna dari empat laga. Sedangkan MU berada di urutan tiga klasemen dengan sembilan poin.

Kekalahan dari City membuka borok kelemahan MU di musim 2016/2017. Manajer Jose Mourinho punya pekerjaan rumah besar agar bisa membuat MU berjaya di musim 2016/2017.

Mourinho harus segera menemukan posisi yang tepat untuk pemain termahal di dunia Paul Pogba. Pemuda Prancis itu belum menemukan bentuk permainan terbaiknya bersama MU sejak dibeli dari Juventus senilai 105 juta euro.

Pogba sudah tampil tiga kali bersama MU sejauh ini. Pemain 23 tahun itu selalu tampil penuh di tiga laga awal bersama Setan Merah. Hasilnya, Pogba belum mampu memberikan kontribusi berarti. Tak ada gol maupun assists yang dicetak Pogba.

Bahkan saat melawan City, bisa dibilang Pogba merupakan salah satu pemain MU yang tampil buruk selain Daley Blind, Jesse Lingard dan Henrikh Mkhitaryan. Pogba nyaris tak terlihat di pertandingan tersebut.

Permainan Pogba di MU tidak segarang ketika masih berada di Juventus. Pogba tak mampu melepaskan tendangan-tendangan jarak jauh. Dia juga kesulitan merebut bola dari penguasaan lawan. Justru bola yang dikuasai Pogba sangat mudah direbut pemain lawan. Beberapa kali Pogba kalah duel dengan David Silva yang posturnya jauh lebih kecil.

Di MU, Mourinho menempatkan Pogba sebagai salah satu gelandang jangkar pada formasi 4-2-3-1. Nampaknya keputusan ini sangat keliru. Pogba sulit tampil bagus bila dipaksa bermain sebagai gelandang bertahan.

Sewaktu masih bermain untuk Juventus, Pogba bisa mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya karena diberi keleluasaan bermain di lini tengah. Dia ditempatkan sebagai gelandang box to box. Pogba pun sangat sering mencetak gol dan memberikan assist. Dia juga rajin membantu pertahanan. Tekel-tekel Pogba mampu memutus serangan lawan sebelum masuk ke pertahanan Juve.

Bila dimainkan terlalu ke dalam, Pogba tak bisa mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya. Eksperimen menempatkan Pogba sebagai jangkar pernah dilakukan pelatih Prancis Didier Deschamps di Piala Eropa 2018. Saat itu Pogba juga tak terlalu menonjol permainannya.

Berkaca pada buruknya kinerja Pogba di awal musim ini, Mourinho mungkin harus segera mengganti formasi menjadi 4-3-3 guna mengakomodir pemilik nomor punggung 6 itu. Akan sangat rugi jika Pogba tampil biasa-biasa saja karena MU sudah mengeluarkan uang sangat banyak untuk memulangkannya.

Namun mengganti formasi juga bukan perkara mudah. Dengan main 4-3-3 maka Mourinho harus mengorbankan kapten tim Wayne Rooney. Pemain nasional Inggris itu tidak bisa bermain di sayap. Sedangkan satu tempat sebagai penyerang tengah sudah jadi milik Zlatan Ibrahimovic. Rooney juga tak bisa dimainkan sebagai gelandang tengah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya