Potret Sepak Bola di Tengah Kecamuk Perang yang Jarang Terungkap

Tentara berbaris di bawah mistar gawang sembari mengenakan masker anti gas beracun.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 09 Nov 2016, 06:30 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2016, 06:30 WIB
Tentara berdesakan saat menyaksikan final Piala FA di Manchester, 1915
Tentara berdesakan saat menyaksikan final Piala FA di Manchester, 1915 (grantland)

Liputan6.com, Jakarta Perang Dunia I (1914 - 1918) memakan jutaan korban jiwa. Namun di tengah desingan peluru, sepak bola seakan tidak ada matinya. Olahraga sebelas lawan sebelas ini bahkan menjadi salah satu hiburan bagi pasukan yang kelelahan.

Semasa perang, sepak bola biasa dimainkan oleh tentara dan pelaut. Sepak bola pada masa itu juga dijadikan alat propaganda untuk menjatuhkan mental musuh.

Seperti dilansir grantland.com, pertandingan resmi bahkan masih sempat berjalan di tengah kecamuk perang dunia I. Salah satunya adalah adalah pertandingan final Piala FA yang mempertemukan Chelsea dan Sheffield United, pada 24 April 1915.

Duel ini sejatinya digelar di markas Crystal Palace, London Selatan. Namun perang membuat akses ke lokasi semakin sulit. Akhirnya pertandingan pun terpaksa dipindah ke stadion Old Trafford di Manchester.

Menariknya, pertandingan yang kemudian dikenal dengan sebutan Khaki Cup Final itu dihadiri 50 ribu tentara.

Mereka datang bukan untuk berjaga, tapi sebagai penonton. Momen tersebut masih sempat diabdikan lewat bidikan kamera. Dalam foto tersebut tampak tentara-tentara dengan mantel penahan dingin berdesakan demi menyaksikan pertandingan. Sebagian serdadu yang terluka bahkan masih mengenakan perban di kepala. Sejenak mereka melupakan kengerian perang.

Sheffield berhasil mengalahkan Chelsea 3-0. Tiga gol Sheffield dicetak Simmons (36), Fazackerley (84'), dan Kitchen (88).

Pesepak Bola Bermasker

Tentara menggunakan masker anti gas beracun berbaris di bawah mistar gawang
Tentara menggunakan masker anti gas beracun berbaris di bawah mistar gawang (Museum Nasional Prancis)

Momen lain yang menunjukkan 'kekuatan sepak bola' semasa PD I juga tampak pada foto sebelas pria bertopeng yang berbaris rapi di bawah sebuah mistar gawang. Foto ini berasal dari museum nasional Prancis yang diabadikan tahun 1916. 

Utus punya usut, mereka adalah tentara-tentara Inggris yang tengah berada di Prancis Utara. Tidak disebutkan siapa saja pria-pria misterius itu. Namun yang pasti, topeng yang digunakan ternyata bukan untuk menyembunyikan identitas mereka. Pada keterangan foto disebutkan bahwa kesebelas pria itu ternyata tengah mengenakan masker anti gas beracun. 

Sementara itu, foto lainnya juga menunjukkan tentara-tentara bermasker tengah bermain di lapangan. Dua orang tampak terjatuh, sementara pemain lainnya menggiring bola. Lapangan berlumpur tak menyurutkan keinginan mereka bermain bola.

Seperti diketahui, Perang Dunia I juga menjadi laboratorium bagi negara-negara yang terlibat dalam menjajal senjata terbaru. Salah satu senjata paling mematikan yang pernah digunakan dalam pertempuran adalah gas beracun. Penggunaan senjata kimia ini tak hanya menyasar tentara di medan pertempuran. Masyarakat sipil juga tak jarang ikut terkena dampaknya.

Senjata kimia yang digunakan selama PD I bermacam-macam. Mulai dari sekedar gas air mata hingga senjata pemusnah massal yang menggunakan phosgene, klorin, hingga mustard gas. 

Jerman tercatat pertama kali menggunakan serangan gas klorin ke arah tentara sekutu pada Pertempuran Ypres Kedua, di barat laut Belgia, 22 April, 1915. Saat itu sasarannya adalah tentara Maroko dan Aljazair yang berjuang untuk Prancis.

Inilah kali pertama senjata kimia canggih digunakan untuk menghancurkan pihak musuh. Menggunakan angin sebagai media penghantar, Jerman menumpahkan ribuan kontainer gas beracun dan membiarkannya terbawa angin menuju arah musuh.

Mereka menyasar tentara yang bersembunyi di parit-parit buatan. Klorin sendiri bila bersentuhan dengan air akan berubah menjadi asam yang mampu membutakan bila terkena mata. Gas beracun juga mampu membakar paru-paru dari dalam.

Akibat serangan ini, kabut kuning pun menyelimuti langit Ypres. Prajurit yang awalnya bersembunyi di parit akhirnya berhamburan meninggalkan sarangnya lalu disambut rentetan senapan mesin. Ribuan tentara langsung tewas seketika.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya