Liputan6.com, Melbourne - Roger Federer dan Rafael Nadal akan menghadirkan duel klasik pada final Grand Slam Australia Terbuka 2017 di Rod Laver Arena, Minggu (29/1/2017) sore WIB.
Keduanya tercatat sudah beberapa kali bertarung di partai bergengsi sejak pertama kali bertemu pada 2004. Saling kenal, mereka siap mengandalkan kekuatan masing-masing demi memenangkan pertandingan.
Advertisement
Baca Juga
Pada pertandingan ini, Nadal kemungkinan tidak akan mengubah gaya permainannya. Petenis yang dikenal dengan tipe baseline itu diprediksi fokus pada pertahanan sambil sesekali melakukan serangan.
Bahkan, jika ada lawan mencoba menguji ketahanan fisik beradu pukul, dia sangat menyukainya. Hal tersebut terlihat ketika Nadal menaklukkan Grigor Dimitrov di semifinal.
Senjata lain yang bakal dipertontonkan Nadal adalah pukulan servis dengan mengurangi putaran bola dan menambah kekuatan pukulan.
Hal inilah yang patut diwaspadai oleh Federer. Apalagi fisiknya terlihat menurun ketika menjalani pertandingan di semifinal. Ketika itu, Federer sempat mendapatkan perawatan di set kedua.
"Benar-benar sulit jika diminta untuk menilai salah satu dari mereka (Federer dan Nadal). Tapi, jika Federer sanggup melayani permainan Nadal, kemungkinan dia bakal memiliki keunggulan. Tapi saya tidak bisa memprediksi terlalu jauh karena saya tidak tahu apa yang akan terjadi," jelas legenda tenis Australia, Rod Laver, dikutip Guardian.
Rekor Pertemuan
Nadal di atas kertas lebih diunggulkan di pertandingan ini. Bukan hanya dilihat dari rekor pertemuannya saja, tapi juga dalam segi permainan. Sosok asal Spanyol itu tampil cukup mengesankan sepanjang turnamen tahun ini.
Jika mengacu dari rekor pertemuan, ini merupakan keempat kalinya Federer dan Nadal saling bentrok di Grand Slam awal tahun. Nadal tercatat tidak pernah menelan kekalahan pada tiga kali pertemuan tahun 2009, 2012, dan 2014.
Tidak hanya itu, faktor lain turut menyudutkan Federer. Rod Laver Arena merupakan lokasi buruk bagi petenis veteran Swiss itu. Tidak hanya ditumbangkan Nadal, Federer juga mengalami pengalaman menyakitkan dengan dikalahkan Novak Djokovic tiga kali di tempat tersebut. (David Permana)
Advertisement