KOLOM: Menerka Hati Ancelotti

Entah apa yang ada di hati Ancelotti saat ini dengan keputusan transfer di Bayern Munchen.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Jul 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2017, 08:00 WIB
Kolom Bola Asep Ginanjar
Kolom Bola Asep Ginanjar (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam laut bisa diduga, dalam hati siapa tahu. Entah apa pula yang berkecamuk di pikiran Carlo Ancelotti, pelatih Bayern Muenchen, saat ini. Lima pemain sudah direkrutnya untuk musim depan, empat di antaranya pemain tengah. Setelah Sebastian Rudy dan Serge Gnabry, ada Corentin Tolisso. Lalu yang terakhir –setidaknya hingga akhir pekan ini, tentu saja James Rodriguez.

Meskipun Xabi Alonso sudah pensiun pada akhir musim lalu dan Douglas Costa dipinjamkan ke Juventus seiring kedatangan James, tambahan empat gelandang baru tetaplah mengherankan. Bukan apa-apa, musim lalu saja Carletto membuat beberapa pemain gerah karena jarang dimainkan. Joshua Kimmich, Renato Sanches, dan Costa terang-terangan mengaku tidak puas. Alasan itu pula yang lantas membuat Costa meminta hengkang.

Pertanyaan yang muncul tentu saja soal urgensi penambahan gelandang itu oleh Ancelotti. Ketika Kimmich, Sanches, dan Costa saja kekurangan jam terbang, rasanya penambahan itu tidaklah perlu. Lagi pula, patut dicatat, Javi Martinez yang sepanjang musim lalu turun sebagai bek tengah pada dasarnya adalah gelandang bertahan. Demikian pula dengan bek kiri David Alaba yang semula digadang-gadang sebagai pengganti Franck Ribery dan di timnas Austria bermain di lini tengah.

Sejatinya, Bayern Munchen butuh tambahan di dua posisi lain. Pertama, tentu saja striker. Dalam dua musim terakhir, terutama musim lalu, beban mencetak gol tertumpah ke pundak Robert Lewandowski. Ketika striker asal Polandia itu absen, produksi gol Bayern pun otomatis terganggu.

Chairman Karl-Heinz Rummenigge memang sempat mengatakan, sulit menemukan pemain yang mau menjadi back up Lewandowski. Pasalnya, pemain tersebut harus siap duduk di bangku cadangan sepanjang musim. Bukan hanya karena Ancelotti lebih suka memainkan striker tunggal, melainkan juga Lewandowski yang sangat jarang absen. Sejak bergabung pada 2014-15, delapan kali saja dia tak ambil bagian dalam 155 laga yang dilakoni Die Roten di berbagai ajang.

Gelandang baru Bayern Munchen, James Rodriguez foto bersama dengan direktur Karl-Heinz Rummenigge dan pelatih Bayern Munchen Carlo Ancelotti saat konferensi pers di Munchen, (12/7). (AFP Photo/Christof Stache)

Kedua, Bayern butuh kiper baru. Putusan Tom Starke untuk gantung sarung tangan dan keinginan Sven Ulreich mencari tantangan di klub lain menjadikan Manuel Neuer tak punya pelapis. Memang ada Christian Fruechtl yang dipromosikan dari tim U-19. Namun, Die Roten tetap saja butuh back up lebih sepadan bagi sang kiper andalan. Setidaknya seorang kiper yang berpengalaman, tidak hijau seperti Fruechtl.

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Potensi Konflik

FOTO: James Rodriguez Ikuti Latihan Perdana Bayern Munchen
Pelatih Bayern Munchen, Carlo Ancelotti, foto bersama dua pemain barunya, James Rodriguez (kanan) dan Corentin Tolisso (kiri) usai latihan perdana di Munchen, Rabu (12/7/2017). (EPA/Lukas Barth)

Pertambahan penggawa lini tengah yang terjadi saat ini membuat legenda Bayern, Lothar Matthaeus, waswas. Dia mencium potensi konflik. Secara khusus, dalam kolomnya di TZ, dia menyoroti Thomas Mueller terkait kedatangan James. “Bagi Thomas Mueller, ini mungkin bukan transfer yang bagus. Dia kini harus menghadapi persaingan lebih sengit. Rodriguez sepertinya lebih di atas angin dibanding Mueller.”

Kekhawatiran Matthaeus bisa dimengerti. Seperti diungkapkan Rummenigge, James adalah wunschspieler, pemain yang sangat diinginkan Ancelotti. Logikanya, sebagai wunschspieler, dia didatangkan untuk menjadi elemen penting. Di tengah performa yang menurun tajam sejak Piala Eropa 2016, untuk Mueller, James adalah ancaman besar. Sialnya, di Bayern, Mueller merupakan lieblingsspieler, pemain yang dicintai para fans.

Saat ini, Mueller adalah satu dari dua bintang yang mentas dari akademi Bayern. Satu pemain lainnya adalah Alaba. Memang ada Mats Hummels, si anak hilang yang kembali pada musim lalu. Namun, dia melesat bersama Borussia Dortmund, rival utama Bayern dalam beberapa musim terakhir.

Thomas Muller (AFP/CHRISTOF STACHE)

Sudah begitu, Mueller pula satu-satunya bintang kelahiran Muenchen di skuat Ancelotti. Bagi Fans, pencetak gol terbanyak Piala Dunia 2010 tersebut adalah simbol Die Roten yang sesungguhnya. Mencampakkan Mueller sama artinya menantang para fans. Apalagi mereka masih  yakin pada tuah yang dimiliki pemain bertubuh kurus itu.

Seperti kata Louis van Gaal, Müller spielt immer. Ya, Mueller harus selalu bermain karena dialah azimat Die Roten. Dalam 165 laga Bayern yang berhias gol pemain berumur 27 tahun ini, tujuh kali saja Bayern kalah.

Dalam pandangan eks pelatih Bayern, Ottmar Hitzfeld, potensi konflik harus dipertimbangkan dalam rencana pembelian pemain. Hal itu disampaikannya ketika ramai rumor ketertarikan Bayern terhadap Alexis Sanchez. “Kita harus ingat, Bayern punya pemain-pemain hebat dalam diri Ribery, Robben, Mueller, Thiago, Lewandowski. Jika Sanchez didatangkan sekarang, akan ada yang tergusur ke bangku cadangan. Ini bisa mendatangkan masalah,” tutur dia.

Ancelotti bukannya tak menyadari hal itu. Namun, baginya, kedatangan bintang baru justru hal positif. “Persaingan akan lebih ketat, tapi itu seharusnya memotivasi para pemain. Saya tak pernah segan mencadangkan pemain,” ucap pria asal Italia itu.

Ucapan tersebut bisa diartikan Ancelotti akan berlaku adil dengan mengutamakan performa, bukan status wunschspieler ataupun lieblingsspieler. Namun, bercermin pada pengalaman musim lalu, akankah dia lebih adil memberikan porsi bermain kepada para pemain yang ada di skuatnya?


Rindu Pohon Natal

Arjen Robben dan Franck Ribery
Bayern Munchen coba kurangi ketergantungan kepada Robben dan Ribery

Hal yang tak bisa dikesampingkan, Carletto tentu punya alasan kuat mendatangkan banyak pemain tengah. Patut dicatat, empat gelandang yang didatangkan Bayern musim ini punya fleksibilitas tinggi. Tolisso adalah mittelfeld allrounder, seorang yang bisa bermain di mana pun di lini tengah. James merupakan offensive allrounder, pemain yang fasih bermain di posisi mana pun di lini penyerangan.

Rudy dan Gnabry malah bisa bermain di posisi berbeda. Selain sebagai gelandang bertahan, Rudy fasih bermain sebagai bek kanan. Adapun Gnabry yang belakangan meminta dipinjamkan bisa mengisi slot winger dan penyerang tengah.

Terkait kehadiran para gelandang serbabisa itu, salah satu yang mungkin ada di benak Carletto adalah kerinduan terhadap formasi pohon natal, 4-3-2-1, yang dipakainya semasa menangani AC Milan. Dengan formasi itu, dia mampu mengakomodasi Kaka, Rui Costa, Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, Clarence Seedorf, dan Massimo Ambrosini.

Bila demikian adanya, Mueller bisa bernapas lega karena kedatangan James bukan berarti menghabisi peluangnya berada di starting XI. Malah, bermain bersama di belakang Lewandowski, sang wunschspieler bisa menjadi katalisator bagi si lieblingsspieler untuk menemukan kembali performa terbaiknya.

Bayern Munchen bisa lebih ganas dengan kedatangan sederet gelandang anyar? (Reuters / Kai Pfaffenbach Livepic)

Di samping itu, andai benar-benar dipakai, pola ini bisa diartikan sebagai upaya Carletto mengurangi ketergantungan terhadap duo Robbery, Robben dan Ribery, yang sudah terbilang akut. Bagaimanapun, seiring umur kedua bintang itu yang tak lagi muda, sangat penting bagi Die Roten menemukan cara main berbeda. Tak melulu mengandalkan sengatan dari kedua winger.

Sudah cukup sering Bayern coba mengantisipasi ketergantungan itu dengan mendatangkan atau menyiapkan pelapis bagi keduanya. Namun, upaya itu tak membuahkan hasil. Tengok saja Costa yang memilih hengkang. Sebelumnya ada bintang Swiss, Xherdan Shaqiri, yang juga gagal memenuhi ekspektasi.

Hal yang tentu harus diantisipasi adalah “amukan” Ribery dan Robben yang dikenal gampang meledak. Tentu tidak mudah bagi keduanya untuk menerima fakta tak lagi menjadi penggawa andalan. Tidak gampang juga untuk Carletto memberikan pengertian kepada Ribery dan Robben yang dikenal berego tinggi.

Adakah itu yang benar-benar berada di benak Carletto? Kiranya hanya dia dan Tuhan yang tahu. Seperti diungkapkan di awal tulisan ini, dalam laut bisa diduga, dalam hati siapa tahu. Namun, gambaran awal setidaknya bisa terlihat saat Die Roten berlaga di Telekom Cup dan menjalani tur Asia pada akhir pekan ini.


*Penulis adalah jurnalis, komentator dan pengamat sepak bola. Tanggapi kolom ini @seppginz.


Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya