Liputan6.com, Banyuwangi - - Lereng Gunung Ijen menyajikan keseruan tersendiri bagi penggemar trail run yang berlaga di Banyuwangi Ijen Green Run 2017, Minggu (23/7/2017). Kombinasi trek yang menantang dan panorama pegunungan yang menakjubkan menjadi suguhan yang mengesankan.
Selepas garis start, peserta telah menghadapi jalur yang menantang. Jalan setapak yang licin, disusul jalur bebatuan hingga tanjakan dengan kemiringan 45 derajat menjadi medan yang harus dilalui para pelari tersebut.
Baca Juga
Selain menyuguhkan jalur yang naik turun, peserta juga bisa menikmati landscape yang cukup beragam. Tidak hanya kawasan perkebunan yang rindang, peserta juga disuguhi hutan pinus, rerimbunan bambu, kebun kopi, hutan pinus, melintasi sungai dan sawah yang menghijau.
"Lebih-lebih saat melihat ke depan. Gunung Raung dan Gunung Ijen tampak indah menjulang di hadapan mata," tutur Firman Arif, penghobi lari asal Jakarta.
Kombinasi antara track yang menantang dan pesona alam yang memukau tersebut, juga dirasakan oleh Abdul Manan. Mantan atlet lari nasional itu mengakui rute Banyuwangi Ijen Green Run ini, memiliki keistimewaan tersendiri.
"Ini tidak hanya mendapatkan (sisi) olahraganya saja, tapi juga dapat hiburan, refreshing dan tantangan sekaligus," kata pria yang tahun ini memenangi kategori master 15 K.
Hal senada juga diakui oleh mantan pelari nasional Esther Sumah yang terkesan dengan track Ijen. Di lomba ini Esther keluar sebagai juara pertama kategori Open Putri 15 K.
"Saya baru kali ini mengikuti kategori trail run, ternyata benar-benar menyita tenaga dan mental saya.Yang penting mental harus disiapkan, selain endurance (ketahanan-red) juga harus dikuasai. Tapi tahun depan, jika masih diberi kesempatan oleh Tuhan, saya akan ikut lagi," ucap peraih medali perak lari estafet Pon 2012 di Riau tersebut.
Advertisement
Saksikan video menarik di bawah ini:
Lintasan Menantang
Pada tahun ini, pemkab memang menyuguhkan lintasan yang lebih menantang. Selain kondisi track-nya yang berbatu dan dan bertanah liat, pelari juga sudah mulai melintasi rute tanjakan. Mulai 2 kilometer pertama, rute menanjak akan terus dilalui pelari hingga kilometer ke-enam. Tanjakannya bahkan mencapai sudut elevasi 95,6'.
"Yang paling berat itu, saat tanjakan patah hati. Jalurnya tinggi. Naiknya cukup curam. Peserta harus berpegangan tali tambang agar bisa melewati jalur yang jauhnya lebih dari 30 meter itu. Benar-benar bikin patah hati pokoknya," ujar Ramada Kusuma, pelari putra kategori 15 K.
Meski melalui trek yang menantang, namun para pelari ini mengakui keelokan panorama Gunung Ijen dan Gunung Raung yang terhampar di hadapan mereka. Tidak itu saja, kehangatan warga di sepanjang rute menjadi penyemangat bagi mereka.
“Banyak warga yang dadakan menawarkan makanan kecil dan minuman bagi kami. Mereka terlihat senang menyambut kami, anak-anak kecilnya mengajak kami toast. They are very helpful,” kata Nataly Suntsova, wisatawan asal Rusia yang sengaja mengikuti ajang ini.
Advertisement
Olahraga dan Wisata
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelaskan konsep yang memadukan antara olahraga dalam balutan event wisata atau yang biasa disebut sport tourism adalah sarana efektif untuk mendatangkan wisatawan, terutama komunitas-komunitas tertentu.
"Kita memang sedang gencar main di pemasaran wisata berbasis komunitas. Seperti trail run ini komunitas yang mulai banyak hadir di kota-kota besar di Indonesia. Jadi ini keuntungannya ada dua. Pertama, peserta sekaligus wisatawannya datang, dan otomatis menginap serta belanja di Banyuwangi. Kedua, ini sekaligus destinasi wisatanya ikut terangkat promosinya, dalam hal ini Kawah Ijen," kata Anas.
Anas juga berjanji akan memberikan tantangan yang berbeda tiap tahunnya. Untuk Banyuwangi Ijen Green Run tahun depan, ia telah menyiapkan jalur yang lebih spektakuler lagi bagi para pelari.
"Kita akan siapkan rute yang lebih menantang dan keren dari tahun ini. Kawasan Gunung Ijen masih menyimpan banyak pesona untuk disuguhkan bagi para pelari. Nantikan saja, saya jamin lebih seru," ujarnya.