Liputan6.com, Turin - Pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino, merendah jelang laga tim asuhannya lawan Juventus di leg I babak 16 besar Liga Champions, Rabu (14/2/2018) dini hari WIB. Ia menyebut Tottenham tidak bisa disamakan dengan Juventus yang telah memenangkan banyak gelar.
“Saya kira Juventus adalah klub yang besar, sangat besar. Kami tidak bisa dibandingkan dengan Juventus. Dalam tiga musim terakhir Juventus lolos dua kali ke babak final Liga Champions,” ujar Pochettino dalam sesi konferensi pers jelang pertandingan, seperti dilansir Football Italia.
Advertisement
Baca Juga
Namun, perbedaan pencapaian dalam sejarah itu tidak membuat Pochettino berkecil hati. Ia justru menjadikan itu sebagai motivasi untuk mengalahkan Juventus.
“Tottenham memiliki tim muda dan kami membangun proyek bagus. Saya kira memang mustahil membandingkan sejarah Juventus dengan Tottenham. Namun tentunya, mimpi kami adalah mencapai level mereka,” kata Pochettino.
Tottenham lolos ke babak 16 besar sebagai juara Grup H, dengan mengatasi Real Madrid, Borussia Dortmund, dan APOEL Nicosia. Sementara Juventus berstatus sebagai runner-up di Grup D di bawah Barcelona.
Sanjung Dybala
Pada kesempatan itu, Pochettino juga menyanjung penyerang Juventus, Paulo Dybala. Striker Argentina itu telah mencetak 17 gol serta lima assist musim ini.
“Tentu saja Dybala adalah pemain hebat. Tentu ada perbedaan setiap kali Juventus bermain dengan Dybala dan tanpa dia. Pemain ini seperti halnya Messi, seperti Neymar, Ronaldo, yang memberikan tim opsi yang berbeda,” kata Pochettino, yang juga berdarah Argentina.
Namun sayang, Dybala tidak dapat tampil pada laga nanti. Ia masih harus diistirahatkan guna mencegah cederanya kambuh.
“Tentu saja itu berat bagi Juventus karena Dybala pemain yang sangat bagus. Namun, mereka punya banyak pemain hebat seperti (Federico) Bernardeschi, pemain lain yang bisa dimainkan,” Pochettino menambahkan.
Advertisement
Pochettino Pulang Kampung
Bagi Pochettino, bertandang ke Turin menjadi semacam pulang kampung. Sebab, kakeknya berasal dari Piedmont, satu kota kecil di Turin.
“Saya sangat senang ke sini. Ini yang pertama kali setelah 45 tahun. Saya selalu mendengar cerita tentang Turin dan Virle Piemonte, kota kecil yang ditinggalkan kakek saya sebelum ke Argentina," ujarnya.
Dia menambahkan, "Tentu saja saya senang. Tapi fokus saya adalah memainkan laga dengan kompetitif."