Valentino Rossi, Si Tua yang Tak Pernah Menyerah

Valentino Rossi merayakan ulang tahun yang ke-39 pada Jumat (16/2/2018).

oleh Muhammad Wirawan KusumaOka Akhsan diperbarui 16 Feb 2018, 16:55 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2018, 16:55 WIB
Happy Birthday Valentino Rossi (Bola.com/Adreanus Titus)
Pebalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, merayakan ulang tahun ke-39 pada sela-sela tes MotoGP di Sirkuit Buriram, Thailand, Kamis (16/2/2018). (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta - Valentino Rossi menginjak usia 39 tahun pada Jumat (16/2/2018).  Meski tak bisa dibilang muda lagi untuk seorang pebalap, dia belum menunjukkan tanda-tanda bakal pensiun. Rossi justru memperlihatkan motivasinya untuk tampil lebih baik.

Baca Juga

  • Ini Ambisi Valentino Rossi pada Tes Pramusim MotoGP di Sirkuit Buriram
  • Sang Ibunda Mengungkap Kapan Valentino Rossi Bakal Pensiun
  • Valentino Rossi Masih Menikmati Persaingan di MotoGP

Rossi tak merayakan ulang tahunnya secara besar-besaran. Justru, pebalap yang sudah memegang sembilan gelar juara dunia balap grand prix itu tak terlalu fokus pada hal itu. 

Saat ini, Rossi tengah fokus mengembangkan motor Yamaha YZR-M1 pada sesi tes pramusim MotoGP di Sirkuit Buriram, Thailand. Tes ini akan berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 16 Februari 2018, tepat di hari ulang tahunnya. 

Satu di antara beberapa alasan Rossi masih bersemangat untuk tampil kompetitif  adalah ambisi merebut titel ke-10 sepanjang karier di kejuaraan dunia balap motor grand prix.

Usia terbukti bukan penghalang bagi Rossi. Dia masih tetap kompetitif. Dalam empat musim terakhir, pebalap asal Italia itu selalu masuk lima besar pada klasemen akhir MotoGP, bahkan tiga di antaranya menjadi runner-up.

Valentino Rossi punya peluang untuk mewujudkan impian meraih titel ke-10 karena memiliki tiga bahan dan resep untuk melakukannya. Apakah itu?

Sumber: www.bola.com

Bakat Alami

Valentino Rossi
Pebalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, menetapkan tiga fokus utama untuk meraih kesuksesan di MotoGP 2018. (dok. MotoGP)

Memburu gelar ke-10 dalam usia 39 tahun bukan perkara mudah. Sepanjang sejarah, belum pernah ada pebalap yang menjadi juara dunia dalam usia 39 tahun atau kembali merebut titel setelah sembilan tahun (gelar terakhir Rossi didapat pada 2009).

Namun, dalam kasus Rossi segalanya menjadi masuk akal. Rossi punya talenta yang luar biasa. Jika bukan karena bakat alami, sulit bagi seorang pebalap hanya mengandalkan usaha dan kegigihan untuk terus berada di level tertinggi selama bertahun-tahun.

Bukan tanpa alasan Rossi dijuluki The Doctor. Dia memang jenius. Apa buktinya?

Pada era motor 500cc yang motornya belum canggih, Rossi bisa menang.

Pada era MotoGP yang teknologinya semakin mutakhir, Rossi bisa menang.

Dengan ban Michelin atau Bridgestone, Valentino Rossi bisa menang.

Menghadapi rival lintas generasi, mulai dari Kenny Roberts Jr., Max Biaggi, Sete Gibernau, Nicky Hayden, Casey Stoner, Jorge Lorenzo, Marc Marquez, hingga pebalap generasi Maverick Vinales yang baru berusia satu tahun ketika Rossi debut di balapan grand prix, The Doctor juga bisa menang.

Jadi, jangan heran jika Rossi kembali menjadi kandidat juara pada MotoGP 2018.

Valentino Rossi
Pebalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, diprediksi akan menunda pensiun dan tetap membalap di MotoGP pada 2019. (Yamaha MotoGP)

Motivasi Ekstra

Talenta saja tak cukup untuk membuat Rossi awet di MotoGP dan tetap berprestasi. Ada bumbu-bumbu lain sehingga Rossi seolah enggan meninggalkan balap motor.

Pelengkap bakat alami Rossi adalah kombinasi kecintaan terhadap balap motor dan hasrat untuk menang. Tanpa dua hal itu, mungkin Rossi sudah mengikuti jejak Casey Stoner.

Rossi selalu terlihat awet muda karena sering berlatih dan bergaul dengan para pebalap-pebalap muda. Semangat anak-anak muda tersebut ternyata menular kepada Rossi sehingga dia bisa terus lapar akan gelar.

"Rossi masih sangat kompetitif dalam usia yang sudah tak muda lagi sungguh fenomenal. Jelas dia punya potensi meraih titel ke-10," kata bos Movistar Yamaha, Lin Jarvis.

Valentino Rossi
Valentino Rossi (Dainese)

Keberuntungan

Selain bakat alami dan motivasi, modal terakhir yang dimiliki Rossi adalah keberuntungan.

Sepanjang karier, Rossi sangat jarang cedera serius. Paling parah adalah ketika dia mengalami patah tulang tibia akibat crash di Mugello, Italia, pada 2010. Cedera itu memaksa Rossi absen dalam empat seri.

Jika tak dinaungi dewi fortuna, bisa saja Rossi senasib seperti Mick Doohan, Alberto Puig, atau Sito Pons yang mengakhiri karier karena cedera kronis.

Hanya dua pebalap (Giacomo Agostini dan Angel Nieto) yang bisa merebut dua digit titel. Namun, belum satu pun pebalap yang bisa merebut titel dalam usia 39 tahun. Valentino Rossi bisa menjadi yang pertama menorehkan sejarah itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya