Liputan6.com, Jakarta Tim nasional Inggris mungkin menjadi satu dari sedikit negara favorit yang tersisa di Piala Dunia 2018. Terutama, setelah timnas unggulan seperti Portugal, Argentina, Jerman, dan Spanyol gagal melaju ke babak selanjutnya.
Dalam Piala Dunia sepertinya timnas Inggris memang tidak main-main. Pelatih Gareth Southgate bahkan memanggil beberapa psikolog untuk membantunya memilih pemain yang akan melakukan adu penalti.
Baca Juga
Mengutip The Sun pada Senin (2/7/2018), jauh sebelum bertanding di Piala Dunia di Rusia, para pemain melakukan tes psikometeri. Mereka juga telah mengisi kuesioner kesehatan harian yang dibimbing oleh psikolog Pippa Grange.
Advertisement
Southgate melakukan itu sebagai pembelajaran dari masa lalu timnas Inggris yang memiliki rekor adu penalti buruk. Dia telah menggunakan hasil tes tersebut untuk menyusun daftar pemain yang akan diturunkan di laga melawan Kolombia pada Selasa waktu setempat.
Menurut analisis ilmiah yang telah dilakukan di bawah pengawasan Southgate, para pemain yang gugup cenderung terburu-buru ketika melakukan penalti.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Mematahkan Kutukan Penalti
Mereka telah melakukan latihan di Repino, dekat St Petersburg, Inggris, dengan menciptakan kembali kondisi pertandingan yang melelahkan.
"Gareth adalah salah satu dari banyak korban kutukan penalti Inggris dan bertekad mematahkan mantranya," ujar salah satu pemain timnas Inggris Ruben Loftus-Cheek.
"Dia melakukan pendekatan yang sangat ilmiah untuk mencoba mencari tahu apa kesalahan yang kita lakukan dan mana pemain yang paling siap untuk menghadapi tekanan. Beberapa pemain muda tidak kenal takut dan tidak ragu untuk melangkah lebih jauh. Namun membicarakan itu adalah satu hal dan melakukan langkah panjang adalah hal lain," kata pemain Chelsea tersebut.
Kepala Asosiasi Sepak Bola Inggris, Martin Gleen, mendukung dukungan psikologi tersebut, terutama ketika mereka mengalami kerapuhan mental setelah kalah dari Islandia di Euro 2016.
Advertisement
Minuman Keras dan Media Sosial
Dr Grange sendiri telah duduk bersama setiap personel timnas sebelum turnamen, untuk membahas harapan dan ketakutan mereka, serta gaya hidup para pemain sejak November lalu.
Menurut salah satu rekan Grange, momok utama para pemain adalah minuman keras dan penggunaan media sosial. Salah satu slogan yang digemakan oleh wanita Inggris itu adalah: "Keberhasilan tidak diberikan, itu diperoleh."
"Dia memberikan inspirasi, motivasi, dan membantu pemain menghadapi tekanan psikologis yang dihadapi, tekanan mereka sangat besar," ujar sebuah sumber di pelatihan.