Pemain dan Pelatih Prancis Diabadikan Jadi Nama Stasiun

Didier Deschamps adalah satu dari tiga orang yang berjasa dalam sejarah Piala Dunia. Sebelumnya dia membantu timnas sebagai pemain dalam turnamen 1998, kini dia kembali berjasa sebagai pelatih.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2018, 22:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2018, 22:00 WIB
Parade Menyambut Kemenangan Prancis
Presiden Emmanuel Macron menyampaikan sambutan di samping pelatih timnas Prancis, Didier Deschamps pada penyambutan tim sepakbola negaranya yang menjadi juara Piala Dunia 2018 di Istana Kepresidenan Elysee, Paris, Senin (16/7). (Ludovic Marin/Pool via AP)

Liputan6.com, Paris - Pascamenang dari Kroasia di final Piala Dunia 2018, suka cita para penggemar begitu tercurah dari unggahan foto yang tersebar di media sosial.

Bentuk euforia tersebut pun terwujud melalui penggantian nama fasilitas umum di Paris.

Untuk menghormati jasa para pemenang tersebut, otoritas transportasi RATP di Paris akan mengganti nama enam stasiun kereta bawah tanah metro menjadi nama pelatih timnas Prancis, penjaga gawang, dan kapten.

"Salah satu stasiun, Notre-Dame des Champs, sekarang akan berganti nama jadi Notre Didier Deschamps, yang merujuk pada pelatih."

Didier Deschamps adalah satu dari tiga orang yang berjasa dalam sejarah Piala Dunia. Sebelumnya dia membantu timnas sebagai pemain dalam turnamen 1998, kini dia kembali berjasa sebagai pelatih.

Stasiun lain yang akan berganti nama adalah Stasiun Victor Hugo. Dia adalah penyair terkenal dari Prancis. Kini Hugo harus berbagi namanya dengan orang-orang terpilih dari timnas Prancis Les Bleus.

"Stasiun Victor Hugo akan diubah menjadi Victor Hugo Lloris, kapten dan juga penjaga gawan Hugo Lloris," tambah laporan itu.

Sementara itu, Stasiun Bercy akan berganti nama menjadi Bercy les Bleus, merujuk pada nama timnas Prancis Merci Les Bleus.

Sebagaimana diketahui, Prancis menjuarai Piala Dunia 2018 dengan skor 4-2 melawan Kroasia. Gelar juara ini diperoleh Prancis untuk pertama kalinya sejak memenangkan Piala Dunia pada 1998.

 

Reporter: Ira Astiana

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya