5 Pemain Timnas U-16 Bikin Bangga Purwakarta

5 pemain Timnas U-16 merupakan jebolan SSB ASAD Jaya Perkasa Purwakarta.

oleh Abramena diperbarui 11 Agu 2018, 06:48 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2018, 06:48 WIB
Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi (tengah) bersama empat pemain Timnas U-16 (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Jakarta - Gelaran AFF U-16 2018 merupakan momen spesial bagi SSB ASAD Jaya Perkasa Purwakarta. Pasalnya, 5 pemain asal SSB tersebut menghuni skuat berlabel Timnas U-16.

Mereka adalah Yadi Mulyadi, Hamsa Medari Lestahulu, Muhammad Fajar Faturrahman,Ahludz Dzikri dan Muhammad Talaohu. Semuanya merupakan siswa terbaik dan sering memenangkan berbagai kejuaran sepakbola junior baik nasional maupun internasional di SSB.

Para pemain tersebut memberikan kontribusi positif pada Timnas U-16. Terakhir, mereka berhasil mengalahkan Malaysia 1-0 sehingga bisa tembus final AFF U-16.

Di Final AFF U-16, Timnas U-16 bakal menghadapi Thailand.

“Alhamdulillah puji syukur, anak-anak berhasil memberikan sumbangsih atas kemenangan Timnas U-16. Beberapa jam lalu, lawan kita di final sudah ada, yaitu Thailand. Saya yakin mereka bisa juara,” kata Manajer ASAD Jaya Perkasa, Habib Alwi Hasan Syu’aib.

Alwi mengatakan, dia rela blusukan ke pelosok Purwakarta untuk mencari pemain muda berbakat bersama mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Filosofi desa ini kemudian dimasukan ke dalam nama SSB. ASAD berarti Asli Sepakbola Anak Desa.

Dia mengatakan, cemerlangnya prestasi anak-anak Timnas U-16 asal ASAD merupakan buah dari perjuangan keras semua pihak.

 

 

Blusukan

Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi bergaya bersama empat pemain Timnas U-16 (Liputan6.com/Abrimena)

 

Sejak Tahun 2013, pemikiran kultural Dedi Mulyadi yang kini menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Jabar itu diadopsi menjadi peraturan ASAD. Diantaranya, anak SSB ASAD Jaya Perkasa diharuskan bangun tidur sebelum ayam berkokok.

Ini berarti mereka harus bangun di waktu subuh dan melaksanakan salat subuh berjamaah. Setelah itu, siswa diharuskan mengaji sebelum melahap berbagai menu latihan.

“Anak ASAD yang muslim shalat subuh berjamaah kemudian mengaji. Teman-temannya yang non-muslim menyesuaikan mempelajari kitab agamanya. Intinya, bangun pagi menjadi kewajiban. Ini belajar karakter,” ujar Alwi.

Kekuatan Kultur

Pemilihan anak desa untuk menjadi siswa ASAD bukan tanpa alasan. Menurut Alwi, kultur anak desa cenderung kuat dan tidak cengeng saat menerima pengajaran. Meskipun, dia mengakui bahwa kultur tersebut ada di anak kota dalam frekuensi yang tidak masif.

“Kuat dalam berbagai hal dan mudah diarahkan, tidak cengeng. Ini terus terang saja melatarbelakangi saya dan Kang Dedi untuk terus ‘apruk-aprukan’ (menjelajahi) desa. Kita konsisten mencari bibit pemain sepakbola,” katanya.

Dedi Mulyadi mengamini keterangan koleganya tersebut. Fans fanatik Chelsea ini mengaku saat ini sedang melanjutkan tren positif pembinaan. Momen Agustusan dia gunakan untuk menggelar turnamen sepakbola.

Batas usia di bawah 15 tahun ditentukan agar dapat diarahkan menjadi pemain sepakbola profesional. Selain itu, para orang tua diwajibkan menonton pertandingan mereka untuk memberikan dukungan moral.

“Nanti masuk seleksi kita, ada kontrak sampai umur 18 tahun kita bina menjadi pemain sepakbola modern. Kalau berprestasi tidak boleh dulu menjadi model iklan, harus fokus. Kita sekarang ada turnamen sampai Desember, 4 kabupaten kita libatkan,” ucap Dedi.

Saksikan video pilihan di bawah ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya