Jakarta - Gamer profesional, Yudi Kurniawan, mempertanyakan larangan Komite Olimpiade Internasional (IOC) terhadap gim berjenis kekerasan untuk masuk cabang olahraga (cabor) e-Sports. Dia merasa gim tidak memiliki efek negatif jika pemainnya bersikap dewasa.
E-Sports diwacanakan bakal menjadi cabor yang memperebutkan medali di Olimpiade 2020. Namun, IOC melarang pesta olahraga internasional itu memasukan gim berjenis pembuhuhan, kekerasan, atau diskriminasi seperti Conter-Strike, Overwatch, hingga Player Unknown Battleground (PUGB).
Advertisement
Baca Juga
Langkah IOC menuai respons dari berbagai pihak. Ada yang setuju, tetapi banyak yang bersikap kontra. Yudi merupakan satu di antara penggiat e-Sports yang mengkritik kebijakan tersebut.
"Menurut saya situasi ini tergantung individu masing-masing. Selama kita bisa bersikap dewasa, menurut saya tidak masalah. Ini hanya menganggpa sebatas gim. Saya pikir semua orang memiliki pandangan masing-masing," kata Yudi kepada wartawan di Jakarta.
"Namun, yang terpenting adalah e-Sports secara tidak langsung bisa menaikan mentalitas seseorang, hingga kehidupan sosial. Soal gim berjenis ini keras jadi tidak bisa dipertandingkan, saya tidak setuju," ujar Yudi.
Saat ini gim e-Sports yang sering dikompetisikan adalah League Of Legends, Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, Overwatch, Starcraft II, hingga PUBG.
Jika menilik sikap IOC, ada sejumlah judul gim e-Sports yang memenuhi syarat tampil di Olimpiade 2020. Sebut saja, misalnya FIFA, Madden NFL, hingga Pro Evolution Soccer.
Â
Sumber: Bola.com