Liputan6.com, Jakarta Presiden AS Roma, James Pallotta, telah mengakui melalui surat terbuka bahwa musim ini klubnya mengalami bencana total. Meski begitu dia menentang para pengkritiknya dengan mengatakan dia tidak akan mundur.
Prestasi AS Roma jauh dari harapan karena mereka berada di urutan keenam Serie A, dan dikalahkan di babak 16 Liga Champions oleh Porto. Setelah itu, pelatih Eusebio Di Francesco dipecat pada bulan Maret dan direktur olahraga Monchi juga pergi.
Advertisement
Baca Juga
AS Roma yang saat ini tanpa pelatih, belum pernah memenangkan trofi utama sejak Pallotta mengambil alih klub pada 2011, dan menjadi presiden pada 2012.
Dia mengatakan kurangnya keberhasilan tim adalah penyesalan besar. Ia menambahkan bahwa tidak ada yang lebih kecewa, lebih tertekan atau lebih kesal dengan keadaan di AS Roma selama 18 bulan terakhir, selain dirinya. "Musim lalu untuk saya benar-benar bencana," ujarnya. '
"Tim hanya tidak cocok dengan sistem yang Di Francesco ingin mainkan," kata Pallotta. "Dia jelas ditempatkan DALAM posisi yang sulit tahun lalu. Itu adalah sesuatu yang kami semua sesali," kata Presiden AS Roma ini.
Kritikan
Menanggapi kritikan yang dialamatkan padanya, Pallotta mengatakan dia bisa menerima hal ini, tetapi dia tidak akan menerima serangan terhadap keluarganya.
"Apa yang saya anggap memalukan dan tercela, dan tentu saja tidak mewakili Roma dan penggemar kami, adalah ratusan orang yang menyebut saudara perempuan saya nama-nama seperti pelacur, pelacur dan babi," katanya.
"Sayangnya untuk mereka, aku tidak akan ke mana- mana. Yang kami pedulikan hanyalah membangun Roma yang hebat dan sukses.”
Advertisement
Jual Salah
Pada bagian lain, Pallotta berbicara tentang keputusan untuk menjual pemain depan Mohamed Salah dan penjaga gawang Allison, yang keduanya tampil gemilang di Liverpool.
Dia mengatakan, pemain Mesir itu ingin membuktikan dirinya di Liga Inggris. Sedangkan, Allison dijual karena Roma harus mematuhi aturan impas Ufea yang dikenal sebagai Financial Fair Play.