Wabah Corona Belum Teratasi, Peserta Lomba Lari Maraton di Jepang Dibatasi

Jepang juga akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2020 mendatang.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 18 Feb 2020, 19:10 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2020, 19:10 WIB
Sepatu Olahraga Sepatu Lari
Ilustrasi Foto Sepatu Olahraga (iStockphoto)

Liputan6.com, Tokyo - Jepang berusaha sekuat tenaga menekan penyebaran wabah virus corona terbaru yang saat ini telah membunuh setidaknya 1800 orang di berbagai penjuru dunia. Dan salah satu langkah antisipasinya dengan membatasi jumlah peserta yang bakal ambil bagian pada Tokyo Maraton 2020 mendatang. 

Di luar China sebagai pusat wabah virus corona model terbaru, Jepang merupakan negara Asia kedua dengan jumlah pasien terinfeksi virus COVID-19 terbanyak. Saat ini, di Jepang sudah ditemukan 59 kasus dengan 1 korban tewas. Jepang berada di bawah Singapura yang sudah mencapai 77 kasus. 

Situasi ini tentu saja membuat Jepang waspada. Apalagi, Negeri Matahari Terbit tersebut bakal menggelar pesta olahraga multi event terbesar di dunia, yakni Olimpiade Tokyo 2020. Jepang tidak ingin penyebaran virus corona model terbaru sampai membatalkan kesempatan langka tersebut.

Demi menjaga lingkungannya tetap aman, Jepang mulai membatasi kegiatan yang melibatkan banyak orang, termasuk Tokyo Marathon 2020. Seperti dilansir independent.co.uk, ajang yang dimulai pada 1 Maret itu tidak lagi terbuka untuk umum melainkan hanya boleh diikuti oleh pelari-pelari elite saja.

Keputusan ini disampaikan panitia Tokyo Marathon 2020 lewat situs resminya. "Kami tidak lagi bisa menggelar event ini sesuai dengan skala yang awal kami perkirakan," tulis pihak penyelenggara. 

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

Batasi Jumlah Peserta

Serunya Menikmati Festival Salju Sapporo di Jepang
Seorang wanita memotret patung salju yang mempromosikan Tokyo 2020 selama Festival Salju Sapporo ke-71 di Taman Odori di Sapporo, Jepang, Selasa, (4/2/2020). Taman ini akan berfungsi sebagai titik awal dan akhir dari kedua perlombaan lari maraton dan di Olimpiade Tokyo 2020. (AP Photo/Jae C. Hong)

Tokyo Marathon sendiri merupakan ajang tahunan yang sudah bergulir sejak 2007 lalu. Biasanya, puluhan ribu orang ikut ambil bagian pada kejuaraan ini. Tidak hanya melibatkan pelari dan masyarakat Jepang saja, Tokyo Marathon juga diikuti oleh atlet-atlet profesional dari manca negara. 

Tahun ini, setidaknya sudah 40 ribu peserta yang mendaftar untuk ikut ambil bagian. Namun pihak penyelenggara kini hanya menggelar nomor elite maraton dan elite kursi roda saja. Sementara peserta lain yang sudah sempat mendaftar diizinkan untuk ambil bagian pada Tokyo Marathon tahun depan. 

 

 

Nasib Olimpiade Tokyo 2020 ?

Medali Olimpiade Tokyo 2020
Medali Olimpiade Tokyo 2020 resmi diumumkan kepada publik saat seremoni untuk merayakan momen satu tahun jelang Olimpiade di Tokyo, Rabu (24/7/2019). Medali yang didesain Junichi Kawanishi itu berdiameter 85 mm dan dihiasi gambar dewi Yunani, Nike serta logo Olimpiade. (Behrouz MEHRI/AFP)

Sementara itu, wabah virus COVID-19 telah menyebabkan sejumlah agenda olahraga dibatalkan. Salah satunya adalah balapan Formula E yang harusnya berlangsung di China, bulan Maret mendatang. Nasib yang sama juga dialami seri Formula 1 yang seharusnya berlangsung di Shanghai International Circuit.

Dengan hanya menyisakan 162 hari lagi, banyak mempertanyakan kelangsungan Olimpiade Tokyo 2020. Tidak sedikit yang khawatir, agenda ini justru semakin memperparah penyebaran virus COVID-19. Maklum, selama acara jutaan orang dari berbagai penjuru akan berdatangan ke Jepang.

Lalu bagaimana sikap penyelenggara? (Baca berita selengkapnya pada tautan ini).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya