Liputan6.com, Palembang - Palembang Triathlon yang digelar di venue Jakabaring Sport City (JSC) Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), menjadi ajang pembuka Indonesia Triathlon Series (ITS) tahun ini.
Even olahraga yang digelar tanggal 22-23 Februari 2020 tersebut, mempertandingkan 3 kategori, yaitu Elite (atlet nasional), Military (TNI/Polri) dan Youth (14-16 tahun).
Pada hari pertama, para peserta dari kategori Elite dan Military yang dipertandingkan. Kompetisi pembuka diawali dengan adu cepat empat peserta kategori Female Elite, untuk cabang olahraga (cabor) berenang, sepeda dan lari.
Advertisement
Baca Juga
Keempat peserta yaitu atlet triathlon Nethavani Octaria, Vara Dinda dan Ashita Aulia Azzahra. Sedangkan satu peserta lagi yaitu Inge Prasetyo yang merupakan penggiat olahraga ini.
Sejak awal memulai Triathlon di cabor berenang, Nethavani Octaria sudah melesat meninggalkan ketiga peserta lainnya.
Kecepatan waktu dalam sprint distance 750 meter berenang, membuat peraih medali Perunggu cabor Triathlon di Sea Games Filipina ini, kembali memimpin di cabor bersepeda sejauh 20 kilometer dan lari sepanjang 10 kilometer.
Nethavani Octaria mengakhiri pertandingan di garis finish pertama kali, dengan durasi 2 jam 22 menit. Di urutan kedua diraih Inge Prasetyo dengan perolehan waktu 2 jam, 26 menit, 16 detik. Urutan terakhir diduduki Varra Dinda dengan waktu akhir 2 jam 31 menit 12 detik.
Octa, sapaan akrabnya mengungkapkan rasa syukur bisa keluar sebagai juara pertama Triathlon di Palembang, meskipun rasa capai sangat terasa.
"Rute sepedanya yang cukup main taktik dan strategi, karena banyak lumpur dan genangan. Waktu start awal enak dan tenang danaunya," ucapnya.
Gadis berusia 19 tahun ini merasakan kesulitan di even ini, dibandingkan Triathlon tahun lalu di Palembang. Karena harus melakukan tiga cabor sendirian, tanpa tim gabungan dengan atlet pria.
Namun untuk keseluruhan persiapan Palembang Triathlon, dia merasa puas. Namun, Octa lebih suka menjajal kemampuannya berenang di pantai, dibandingkan di danau.
Simak Video Pilihan Berikut Ini
Sempat Cidera Tulang
Alasannya cukup sederhana. Arus pantai bisa membuatnya leluasa untuk berenang, ditunjang juga dengan ombak yang memudahkan badannya untuk berenang lebih cepat.
Catatan waktu yang diperolehnya lebih lama dibandingkan saat dia meraih medali perunggu di Sea Games Filiphina. Namun, itu tidak membuatnya kecil hati, karena dia terus mengumpulkan poin menuju Olimpiade tahun 2024 mendatang.
“Even kedepan yang akan saya ikuti nantinya Sibolga Triathlon dan Batam Triathlon. Kalau latihan sehari-hari di Malang Jawa Timur,” ucapnya.
Octa sendiri sudah sejak tahun 2011 menggeluti olahraga ini, dengan memulai menjadi atlet renang. Salah satu alasannya terjun di cabor Triathlon, karena menurutnya olah raga ini tidak membosankan.
Tidak hanya belajar teknik berenang, namun juga taktik bersepeda dan olah raga berlari, yang membuatnya bisa mengusai ketiga cabor tersebut.
“Triathlon itu tidak membosankan, bisa berenang, bersepeda dan berlari, sangat variatif. Kalau latihannya juga terprogram dan tidak monoton,” ujarnya.
Octa pun tergabung dalam klub Jasalindo Triathlon Camp di Malang. Selama menggeluti cabor ini, banyak suka duka yang dia alami.
Seperti mengalami cidera tulang kering di tahun 2018 lalu. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan tersebut, membuatnya gagal masuk seleksi Asian Games 2018 di Palembang.
“Tapi itu jadi motivasi saja, apalagi saya baru serius berkecimpung di cabor Triathlon di tahun 2017. Masih harus banyak berlatih dan mengejar target ke depannya,” katanya.
Advertisement