Sepak Terjang Egy Maulana Vikri, dari Kampung Menuju Polandia

Egy Maulana Vikri menjadi pemain Indonesia pertama yang merumput di Eropa sejak Kurniawan Yulianto pada 1994.

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 22 Apr 2020, 02:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2020, 02:00 WIB
Egy Maulana Vikri
Egy Maulana Vikri (Bola.com/ FOTO: Yoppy Renato /GRAFIS: Adreanus Titus)

Jakarta - Egy Maulana Vikri tengah mengadu nasib di Eropa bersama klub Polandia, Lechia Gdansk. Dia terus mengharumkan nama Indonesia meski bakatnya ditemukan secara tak sengaja.

Indra Sjafri adalah orang yang berperan besar terhadap karier Egy Maulana Vikri. Pada 2012, secara tak sengaja Indra Sjafri menemukan Egy ketika menjadi pencari bakat di Medan pada acara Festival FIFA Grassroot.

Ketika itu, penampilan Egy mampu mengejutkan Indra Sjafri. Untuk bocah berusia 12 tahun, Egy yang bermain untuk akademi Tasbi Soccer School terlihat lebih menonjol dibandingkan yang lain.

"Saat itu saya sudah melihat bakat yang dimilikinya. Egy menjadi pemain yang menonjol dibandingkan dengan pemain lain seusianya," kata Indra Sjafri.

Pada 2013, Egy kemudian menimba ilmu di SKO Ragunan. Indra Sjafri tetap mengikuti perkembangan permainan Egy dan pada 2017 memasukkannya ke Timnas Indonesia U-19.

Egy ketika itu berhasil tampil gemilang pada dua ajang Piala AFF U-19 yang diikuti. Kepercayaan yang diberikan Indra Sjafri langsung dijawab Egy dengan penampilan gemilang.

Pada Piala AFF U-19 2017, Egy mampu menyabet dua penghargaan sebagai top scorer dengan raihan delapan gol dan juga pemain terbaik. Sejak saat itu, Egy Maulana Vikri selalu menjadi pemain langganan di Timnas Indonesia yang diasuh Indra Sjafri.

"Sejak pertama kali melihat hingga bertemu sampai saat ini, Egy Maulana Vikri melewati perkembangan yang baik. Akan tetapi, bagi saya dia harus secepatnya bermain di level yang lebih tinggi daripada saat sekarang ini," ujar Indra Sjafri.

Kesayangan Indra Sjafri

Indonesia U-19 Vs Yordania U-19
Gelandang Indonesia, Egy Maulana Vikri, saat melawan Yordania pada laga persahabatan di Stadion Wibawa Mukti, Jawa Barat, Sabtu (13/10/2018). Indonesia menang 3-2 atas Yordania. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Saking seringnya dipanggil ke Timnas Indonesia oleh Indra Sjafri, cap anak kesayangan melekat pada sosok Egy Maulana Vikri. Kesan itu semakin diperkuat dengan skema permainan Timnas Indonesia U-19 selalu bermuara ke Egy.

Pada AFC Cup U-19 2018, alur serangan Timnas Indonesia selalu menuju Egy. Tak jarang juga gaya permainan Timnas Indonesia yang mudah terbaca lawan.

Bahkan, ketika Timnas Indonesia U-19 menyerah 5-6 dari Qatar pada matchday kedua Piala AFC 2018, Egy terlihat tenggelam di antara rekan-rekannya yang berjuang. Egy memang tercatat melepaskan 21 operan yang 57 persen di antaranya akurat.

Namun, dari dua umpan silang yang dilepaskannya gagal menemui sasaran. Kemudian Egy mendapatkan dua peluang untuk mencetak gol, namun hanya satu yang tepat sasaran.

Meski begitu, Egy Maulana tak jarang juga mampu memberikan penampilan gemilang. Pada SEA Games 2019, pemain berusia 19 tahun itu sukses mencetak empat gol sekaligus mengantarkan Timnas Indonesia U-22 meraih medali perak.

Sampai saat ini, Egy Maulana Vikri masih bisa bermain untuk Timnas Indonesia U-22. Selain itu, Egy juga bisa membela timnas senior dan sudah mengemas tiga penampilan setelah memulai debut pada 2017.

Menembus Eropa

Egy Maulana Vikri
Pria berjuluk Egy Messi ini adalah pemain pertama dari Asia Tenggara yang merapat ke Lechia Gdansk. (Bola.com/M Iqbal Ichsan) (dok. Lechia Gdansk)

Pada 11 Maret 2018, klub Polandia, Lechia Gdansk mengonfirmasi perekrutan Egy Maulana Vikri. Namun, Egy belum bisa bergabung karena usianya belum genap 18 tahun.

Setelah dikontrak Lechia Gdansk, Egy lebih sering tampil bersama Lechia Gdanks II. Adapun untuk tim utama, Egy lebih sering duduk di bangku cadangan ketimbang bermain. 

Egy baru melakoni debutnya di kompetisi resmi bersama Lechian Gdansk pada 22 Desember 2018. Ia masuk sebagai pemain pengganti dan bermain selama delapan menit.

Sampai akhir musim, Egy tak lagi mendapatkan kesempatan bermain di tim utama. Banyak pihak yang menyebut Egy hanya dijadikan alat kepentingan marketing oleh Lechia Gdanks.

Stigma itulah yang sempat membuat Egy meradang. Egy mengaku siap membuktikan kemampuannya di lapangan.

"Media melihat saya hanya sebagai produk marketing ketika saya tidak bisa menunggu lagi untuk bermain. Saya ingin membuktikan alasan kenapa saya berada di sini. Saya tidak datang ke sini karena alasan marketing," tegas Egy.

Musim ini, Egy baru bermain sebanyak sekali dalam 45 menit. Meski demikian, Egy mengaku sabar menunggu waktu yang tepat dan mulai merasakan adanya dampak positif dari permainannya.

 

Disadur dari: Bola.com (Penulis: Zulfirdaus Harahap/Editor: Yus Mei Sawitri, published 21/4/2020)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya