Liputan6.com, Jakarta - Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi laga seorang atlet bela diri campuran, mulai dari jangka waktu latihan, talenta seorang atlet, sampai apa yang dikonsumsinya sewaktu berlatih. Salah satu hal yang amat berpengaruh bagi seorang seniman bela diri adalah orang–orang yang mengelilinginya.
Baik pelatih maupun rekan sesama sasana dapat mempengaruhi bagaimana seorang atlet dapat berdiri bangkit kembali saat kalah, atau tetap fokus saat mereka meraih kemenangan. Teori serupa berlaku bagi perjalanan Aziz Calim, atlet berusia 22 tahun yang telah menetap di tiga negara di sepanjang kariernya.
Lahir di Jeddah, Arab Saudi, ayah Aziz berasal dari Filipina, sementara sang ibu berasal dari Solo, Jawa Tengah. Percampuran ketiga negara tersebut turut memberi warna bagi kehidupan dirinya.
Advertisement
Kini, setelah menetap di Solo untuk berlatih bersama Han Academy, Aziz Calim menceritakan sosok yang memicunya untuk selalu menjadi lebih baik.
Orang tua
Aziz melihat sosok orang tuanya tidak hanya sebagai suporter dan penggemar terbesar bagi karir bela diri campuran, tetapi juga menjadi suatu inspirasi untuk terus maju dalam semua hal di dalam hidupnya.
“Walaupun ibu saya takut melihat saya tersakiti dalam ring, ia tetap mendukung saya. Ayah saya juga sering memberi saya semangat dan arahan,” tutur Aziz dalam rilis yang diterima Liputan6.com.
Ayah Aziz merupakan seorang karateka dan mengenalkannya pada dunia bela diri saat mereka masih tinggal di Arab Saudi. Sang Ayah pula yang mendorongnya untuk mengembangkan karier tersebut, meski sang ibu sempat memberikan larangan.
Pelatih
Han Academy merupakan rumah kedua Aziz. Berkat bimbingan pelatih kepala sekaligus pendiri sasana tersebut, Yohan Mulia Legowo, “The Krauser” dapat menembus dan menampilkan kemampuan kelas tinggi di panggung dunia.
“Coach Yohan dan keluarganya selalu mendorong saya untuk menggapai apa yang saya inginkan. Ia selalu di corner saya saat saya bertanding,” tutur Aziz.
Atlet spesialis striking ini mengaku pelatihnya tidak hanya membimbing laganya di panggung, namun sang pelatih juga membantunya belajar dari kekalahannya, dan mendoronya terus maju saat mendapatkan kemenangan.
Advertisement
Rekan Satu Tim
Selain pelatih, atlet yang lancar berbahasa Tagalog ini juga menempatkan teman–teman satu timnya sebagai kelompok yang sangat mempengaruhinya dalam bertanding. Tanpa mereka, Aziz tidak dapat melatih dirinya dengan baik.
“Teman–teman dalam sasana sangat membantu saya dalam berlatih, mereka juga memberi saya saran dan nasehat untuk memotivasi saya,” kata Aziz.
Menurut Aziz, teman–temannya membantu mengembangkan kemampuannya dan membuatnya siap untuk bertanding di dalam Circle One Championship. Mereka juga sering menghiburnya saat mengalami kekalahan dan menjaganya untuk tetap humble saat mendapatkan kemenangan.