Periode-periode Menyedihkan Timnas Indonesia di Piala AFF

Timnas Indonesia harus puas dengan status spesialis runner-up di Piala AFF karena dari lima kali masuk final, lima kali pula kandas dan hanya meraih tempat kedua.

Jakarta - Timnas Indonesia, tim yang (pernah) dicap sebagai Macan Asia, adalah negara pertama dari Benua Kuning yang sanggup menembus Piala Dunia pada 1938 silam. Namun di balik itu semua, tercatat banyak prestasi menyedihkan di level Asia Tenggara saja, tepatnya pada Piala AFF (dulu bernama Piala Tiger).

Timnas Indonesia berulang kali melangkah hingga final Piala AFF. Akan tetapi, tak sekalipun piala lambang supremasi sepak bola Asia Tenggara itu mampir di lemari trofi. Padahal hampir tiap edisi, Merah Putih selalu digadang-gadang sebagai kandidat terkuat peraih juara.

Thailand menjadi tim tersukses dengan torehan lima kali juara. Sementara, Timnas Indonesia harus puas dengan status spesialis runner-up karena dari lima kali masuk final, lima kali pula kandas dan hanya meraih tempat kedua. Pada edisi 2000, 2002, dan 2004, Indonesia bahkan mencatatkan hattrick runner-up.

Timnas Indonesia juga pernah empat kali gagal lolos babak grup. Itu didapatkan pada edisi 2007, 2012, 2014, dan yang terakhir pada edisi terakhir, 2018.

Berikut ini cerita mengenaskan Timnas Indonesia di Piala AFF.

Sepak Bola Gajah di Piala AFF 1998

Tidak ada yang menduga, terutama di kalangan pencinta sepak bola Indonesia, bila keikutsertaan Timnas Indonesia pada Piala AFF 1998 (dulu bernama Piala Tiger) meninggalkan noda hitam bagi sepak bola negeri ini.

Insiden sepak bola gajah yang terjadi pada babak penyisihan akan terus dikenang sebagai titik terendah dalam sejarah si kulit bundar di Tanah Air. Sikap tidak sportif yang diperlihatkan Tim Garuda tidak hanya menyentak publik dalam negeri karena kejadian ini juga jadi perhatian di pentas internasional.

Kejadian bermula ketika Indonesia tergabung di Grup A bersama Thailand, Myanmar, dan Filipina. Ketika itu Thailand dan Indonesia mendominasi penyisihan grup.

Alhasil, Indonesia yang kala itu dilatih Rusdy Bahalwan (almarhum) dan Thailand memastikan diri tampil di semifinal. Penentuan juara dan runner-up grup ditentukan pada duel terakhir (laga ketiga), yang mempertemukan keduanya.

Tidak diduga, pertandingan yang diprediksi berjalan panas karena dua tim terbaik di Grup A berhadapan, justru memunculkan keanehan sejak awal pertandingan. Kedua tim bermain dalam tempo lambat dan tampak tidak bergairah untuk memenangi pertandingan.

Produksi Liputan6.com