Klub-Klub Liga Inggris Sudah Merugi Sebelum Pandemi Virus Corona

Kondisi keuangan klub-klub Liga Inggris tengah terpuruk di tengah pandemi virus Corona Covid-19.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 10 Jun 2020, 17:45 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 17:45 WIB
ilustrasi liga inggris
ilustrasi liga inggris (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta Virus Corona Covid-19 memang tidak hanya berimbas kepada kesehatan mansuia saja. Dampak dari pandemi ini juga telah menggerogoti berbagai sendi kehidupan, termasuk dunia sepak bola.

Penyebaran virus Corona Covid-19 memaksa kompetisi di berbagai negara dihentikan. Tidak terkecuali, Premier League yang menjadi salah satu kompetisi sepak bola elite di dunia. Meski sudah mendapat lampu hijau untuk dilanjutkan kembali, keuangan klub sepertinya akan tetap sulit diselamatkan. 

Pandemi virus corona Covid-19 membuat klub-klub kelimpungan dalam menjalankan roda bisnisnya. Tanpa pertandingan, mereka kehilangan sumber pemasukan dalam jumlah yang sangat besar. Situasi ini memaksa klub melakukan rasionalisasi terhadap gaji para pemainnya. 

Meski demikian, pandemi virus Corona Covid-19 ternyata bukan penyebab utama keterpurukan klub-klub Liga Inggris saat ini. Sebab menurut data analis keuangan sepak bola, Vysyble, yang dirilis Selasa (9/6/2020), klub-klub elite di Negeri Ratu Elizabeth itu ternyata sudah merugi sejak tahun lalu. 

Dalam laporannya, seperti dilansir Channel News Asia (CNA), Vysyble mencatat, klub-klub Liga Inggris-- bila ditotal-- telah merugi hingga 600 juta poundsterling pada tahun 2018/19. Bila dikonversi ke Rupiah, total kerugian klub-klub kasta tertinggi sepak bola Inggris itu mencapai Rp10,7 Triliun.

Situasi ini membuat klub semakin terpuruk di masa pandemi ini. Bahkan jika lanjutan kompetisi yang digelar secara tertutup bisa menyelesaikan seluruh pertandingan 2019/2020 sekalipun.

 

Covid-19 Bukan Penyebab Utama

Liverpool Vs Manchester United
Bek Liverpool, Virgil van Dijk, berebut bola dengan gelandang Manchester United, Andreas Pereira, pada laga Premier League di Stadion Anfield, Liverpool, Minggu (19/1). Liverpool menang 2-0 atas MU. (AFP/Paul Ellis)

Kerugian semakin besar mengintai Premier League bila kompetisi benar-benar terhenti. Sebab mereka harus membayar 330 juta pound kepada pemegang hak siar sebagai kompensasinya. Sementara kerugian dari tiket dan layanan lain untuk setiap laga diperkirakan mencapai 126 juta pounds.

"Virus Covid-19 bukanlah penyebab utama kesulitan keuangan sepak bola. Ini hanyalah percepatan pada apa yang teridentifikasi dengan sangat jelas dari data kami dan sangat tepat sebagai masalah jangka panjang," kata direktur Vysyble, Roger Bell dilansir dari CNA.

"Angka pada tahun 2018/19 adalah data keuangan yang sangat mengganggu dan sangat mengkhawatirkan dari divisi sepakbola senior Inggris dan ini adalah gejala dari masalah yang lebih dalam dengan model keuangan keseluruhan," Roger Bell menambahkan.

Menurut Bell, salah satu pos pengeluaran terbesar bagi klub-klub Liga Inggris berasal dari gaji pemain. Bahkan menurut data Vysyble, tahun lalu totalnya telah meningkat menjadi 3.12 miliar pound sterling.

 

Bukan Hanya Premier League

Tahun lalu, Everton mencatat kerugian yang mengkhawatirkan, yakni 111 juta pound sterling. Sementara kegagalan Chelsea ke Liga Champions membuatnya kehilangan 96 juta pound sterling.

Tottenham Hotspur tahun lalu sebenarnya membukukan laba sebesar 68,6 juta pound sterling. Hanya saja, Spurs minggu lalu mengumumkan telah meminjam 175 juta pound sterling dari Bank of England.

Spurs mulai khawatir akan kehilangan 200 juta pound sterling pada tahun depan akibat hilangnya pendapatan dari pertandingan reguler serta pembatalan acara non sepak bola seperti pertandingan NFL dan konser. Spurs juga harus siap menghadapi pemotongan dana hak siar yang dihitung sebagai utang.

"Data kai secara konsisten menunjukkan bahwa sepak bola seakan menggali kuburnya sendiri dengan ketergantungan yang berlebihan kepada pemasukan dari TV, rasio biaya terhadap pendapatan staf dan pemain juga melebihi batas aman (sesuai pedoman UEFA yang merekomendasikan 70 persen) dan kegagalan untuk mengenali dinamika dan tren keuangan utama," beber Roger Bell.

Tidak hanya klub-klub teratas Liga Inggris. Tim dari kasta kedua, Championship juga bernasib sama. Meski empat klub belum merilis neraca keuangannya untuk tahun 2019, tetapi total kerugian yang mereka, bila digabungkan, diperkirakan mencapai angka 307 juta pound sterling. Dan untuk total secara keseluruhan 24 klub divisi Championship  diperkirakan telah menembus angka £ 350 juta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya