Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyerang pembalap NASCAR satu-satunya berkulit hitam, Bubba Wallace. Trump malah menuntut permintaan maaf dari Bubba Wallace.
Dalam akun Twitter pribadinya, Donald Trump mengomentari kasus ditemukannya simpul tali atau noose di garasi mobil Wallace di Alabama saat balapan pada 23 Juni lalu.Â
Noose biasanya digambarkan dengan simbol pembunuhan warga kulit hitam tanpa proses pengadilan (biasanya digantung dengan tali. Kejadian itu sering terjadi di masa lalu di bagian selatan Amerika Serikat.
Advertisement
Para penyelidik FBI kemudian mengumumkan bahwa noose itu tergantung di garasi sejak balapan besar terakhir di speedway pada bulan Oktober 2019 alias jauh sebelum Wallace bertugas. FBI juga memastikan insiden itu bukan merupakan kejahatan rasial.
"Apakah Bubba Wallace sudah meminta maaf kepada semua pengemudi dan petinggi NASCAR yang membantunya, mendukungnya, & bersedia mengorbankan semua untuknya, (yang kemudian) mendapati bahwa semuanya hanyalah Hoax."
"Keputusan NASCAR terkait bendera (konfederasi) telah menyebabkan rating (televisi) terendah!" begitu bunyi kicauan Donald Trump.
Donald Trump membuat kicauan itu karena bingung dengan kebijakan NASCAR. Sebelumnya, NASCAR mengumumkan bahwa pengibaran bendera Konfederasi, yang menandai pemisahan 11 negara bagian di selatan pada 1860-an yang mendukung perbudakan, akan dilarang di semua acara dan propertinya.
Â
Saksikan video NASCAR di bawah ini:
Komentar Gedung Putih
Kicauan Donald Trump itu sudah terdengar hingga Gedung Putih. Juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany mengatakan kepada Fox News, kalau Donald Trump tidak membenci warga kulit hitam.
"Presiden hanya menekankan bahwa kita harus melihat fakta-faktanya dulu sebelum menyimpulkan terlalu dini. Tidak ada kejahatan bermotif kebencian terhadap Bubba Wallace," katanya.
Â
Advertisement
Isu Kulit Hitam Memanas
Isu tentang warga kulit hitam memang sedang memanas di Amerika Serikat. Pada Juni 2020, seorang pria kulit hitam, George Floyd meninggal dunia setelah lehernya dihimpit polisi selama sembilan menit.
Kematian George Floyd mengakibatkan krisis berupa aksi unjuk rasa di ratusan kota Amerika Serikat. Hal itu juga membuat sloga Black Lives Matter menggema di seluruh dunia.