Bukan Petinju, Ibunda Manny Pacquiao Ingin Anaknya Jadi Pastur

Kemiskinan memaksa Manny 'Pacman' Pacquiao untuk mengabaikan keinginan ibunda tercinta.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 09 Okt 2020, 17:15 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2020, 17:15 WIB
Latihan Santai Manny Pacquiao Jelang Hadapi Adrien Broner
Petinju Manny Pacquiao berpose saat berlatih di sebuah klub tinju di Los Angeles, AS, Rabu (9/1). Pacquiao terlihat santai dengan banyak mengumbar senyum jelang duel menghadapi Adrien Broner. (AP Photo/Damian Dovarganes)

Liputan6.com, Jakarta Tinju telah mengubah jalan hidup Manny 'Pacman' Pacquiao. Pria asal Filipina yang terlahir dari keluarga miskin itu meraih mimpi-mimpinya lewat kepalan tangannya. Tidak hanya di ring tinju, popularitas yang dibangun selama ini juga mengantar Pacquiao menjadi senator di negaranya.

Nyaris mustahil mengikuti jejak Pacquiao di dunia tinju profesional. Pria kelahiran 17 Desember 1978 itu merupakan satu-satunya petinju yang mampu merebut gelar juara dunia di delapan kelas berbeda. 

Dan sepanjang kariernya, Pacquiao sudah meraih 12 sabut juara dunia dan kini berstatus sebagai juara dunia kelas welter versi WBA. Gelar ini diraih usai mengalahkan Lucas Matthysse, pada 2018 lalu.

Dari tinju, Pacquiao juga merambah ke dunia lain. Mulai dari film hingga ke musik. Karier politiknya juga terus meroket dan kembali dipercaya menjadi salah satu senator di negaranya. 

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini

Jadi Pastur

Manny Pacquiao Berhasil Taklukkan Adrien Broner
Petinju asal Filipina, Manny Pacquiao merayakan kemenangannya melawan Adrien Broner dalam pertandingan tinju kelas welter WBA di Las Vegas (19/1). Pacquiao menang lewat kemenangan angka mutlak, 117-111, 116-112, dan 116-112. (AP Photo/John Locher)

Namun siapa sangka, keinginan Pacquiao menjadi seorang petinju awalnya tidak mendapat restu dari ibunya. Namun kemisikinan yang menimpa mereka memaksa ibunda mengubur keinginannya itu. 

"Awalnya, dia (ibu Pacquiao) tidak ingin anaknya menjadi petinju," kata paman Pacquiao, Sardo Mejia kepada Red Door dikutip dari WBN. "Dia berkata,'Saya ingin dia menjadi pastur. Tapi Manny berkata kepadaku, dia ingin jadi petinju karena keluarganya sangat miskin'," kata Sardo menirukan. 

"Dia tidak punya uang untuk belajar di sekolah atau kuliah," kata Sardo menambahkan.

 

Belajar dari Tyson

Mike Tyson Vs Evander Holyfield
Mike Tyson dan Evander Holyfield kembali berduel di MGM Grand Garden Arena, Las Vegas pada 28 Juni 1997. Akan tetapi, laga akbar ini harus dihentikan pada ronde ketiga, karena Tyson menggigit kuping Holyfield. (AFP/JOHN GURZINSKI)

Pacquiao berlatih untuk mewujudkan cita-citanya sebagai petinju. Menurut Sardo, Pacquiao sangat disiplin dan gampang belajar. Dia banyak menimba ilmu dengan menonton rekaman video Mike Tyson.

"Manny sangat disiplin. Dia belajar segala hal dengan cepat. Dia berlatih setiap waktu dan dia bangun pukul 04.00 pagi untuk jogging," kata Sadro. "Saya biasa pergi ke luar dan menyewakan video pertandingan Mike Tyson kepadanya. Dia menyerap taktiknya sangat cepat," beber Sadro.

 

Hanya Makan Pisang

Kemisikinan yang dialami Pacquiao juga diungkapkan oleh ayahnya, Rosalio. Sekarang, dia sangat bersyukur karena Pacquiao mampu membantu mereka untuk melewati masa-masa sulit tersebut. 

"Kadang sulit membayangkan ini terjadi. Sebelumnya, kami hanya makan pisang. Sekarang kami bisa makan apa saja yang kami mau. Hidup kami sangat sulit saat Pacquiao muda, sering kali kami hanya punya pisang dan ubi untuk dimakan. Saat saya punya uang saya pastikan keluarga makan nasi."

Perjuangan Pacquiao akhirnya berbuah hasil. Dari tinju, Pacquiao menjelma dari pemuda miskin menjadi multi-miliarder. Dari sekali bertanding seperti saat melawan Floyd Mayweather Jr, Pacquiao mendapat bayaran hingga 9 digit USD. Di usia yang sudah tidak muda lagi, Pacman masih berpeluang meraih bayaran tinggi, termasuk ketika dia berlaga dengan petarung MMA, Conor McGregor. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya