Liputan6.com, Jakarta - Argentina merupakan salah satu eksportir aktor sepak bola terbesar di dunia, baik pemain maupun pelatih.
Mulai Julio Libonatti, pemain pertama yang didokumentasikan melalui proses transfer lintas Atlantik, hingga Diego Maradona saat hampir membela klub Skotlandia, petualangan mereka menghadirkan banyak kisah menarik.
Kali ini rubrik Bola Ganjil Liputan6.com menceritakan kembali salah satu di antaranya.
Advertisement
Mario Kempes dan Osvaldo Ardiles merupakan dua keping penting di balik kesuksesan Argentina menjuarai Piala Dunia 1978. Namun, tidak ada yang menyangka mereka bakal pergi ke Balkan beberapa dekade berselang dan menjalani periode kacau dalam karier kepelatihan masing-masing.
Desember 1996, Kempes menerima tawaran klub Albania KF Lushnja untuk memulai perjalanan menjadi pelatih. Manuver top skor Piala Dunia 1978 itu patut dipertanyakan.
Bertahun-tahun di bawah kepemimpinan diktator Enver Hoxha, Albania merupakan salah satu negara paling terisolasi di dunia pada saat itu. Meski negara mulai menuju liberalisme pada akhir milenium, kehidupan bagi warga tidak banyak berubah menuju perbaikan.
Kondisi tersebut pun tidak mengurungkan niat Kempes yang datang hanya karena uang. Selain uang muka, dia juga menerima gaji sebesar 700 ribu dolar AS dalam durasi dua musim. Kempes juga diiming-imingi bonus dan insentif jika Lushnja, yang saat itu menempati peringkat 10, menjadi juara liga atau kompetisi domestik.
"Saya sangat gembira sudah diterima di negara ini dan berharap bisa berprestasi bersama Lushnja. Secara teknis tim ini punya banyak potensi," kata Kempes ketika diperkenalkan sebagai pelatih, beberapa hari jelang Natal 1996.
Kempes pun tercatat sebagai pelatih asing pertama sepanjang sejarah Albania. Namun, dia hanya bertahan 32 hari.
Saksikan Video Bola Argentina Berikut Ini
Krisis Finansial
Padahal Kempes memulai karier dengan baik. Dia membawa timnya mengalahkan FK Teuta Durres di Piala Albania, kali pertama Lushnja meraih kemenangan atas sang rival. Lushnja juga membungkam tim kuat Dinamo Tirana 5-0 di partai debut.
Namun, peruntungannya berubah 180 derajat ketika Presiden Lushnja Pellumb Xhaferri ditangkap karena terjerat hukum. Xhaferri dituduh bersalah dalam kasus penipuan finansial yang membuat masyarakat Albania kehilangan tabungan.
Seluruh negara dalam ketidakpastian ekonomi. Kempes tidak punya pilihan selain pergi, akhir Januari 1997. "Saya percaya krisis segera berlalu. Namun suporter lokal berkata kondisi semakin buruk setiap hari. Saya akhirnya pergi ke Roma. Itu adalah pesawat terakhir yang meninggalkan Albania sebelum penerbangan disetop. Saya sangat beruntung," ungkapnya, dilansir The Observer.
Advertisement
Ardiles Mengikuti
Hanya dua setengah tahun dari petualangan Kempes, Ardiles juga pergi ke Balkan dengan menerima pinangan Dinamo Zagreb. Menyusul kegagalan bersama Tottenham Hotspur dan Newcastle United, Ardiles menilai Dinamo sebagai lokasi ideal untuk memulihkan karier.
Saat itu Dinamo masih bernama NK Croatia dan berstatus juara liga dua tahun berturut-turut. "Dinamo adalah klub terbesar di sini. Meski perang baru saja berakhir, sepak bola di Kroasia mampu menduduki peringkat tiga di Piala Dunia 1998. Setidaknya ada tiga anggota skuat yang jadi bagian klub, termasuk Prosinecki," ungkap Ardiles.
Di atas kertas, Ardiles dalam situasi lebih baik ketimbang Kempes. Namun, nasibnya ternyata tidak jauh berbeda dari kompatriot.
Juga Awal Cemerlang
Seperti Kempes, Ardiles juga jadi pelatih asing pertama di klubnya. Kemiripan lain terlihat di awal periode kepelatihan. Ardiles membawa klub menyingkirkan klub Hungaria MTK Budapest pada kualifikasi terakhir menuju fase grup Liga Champions 1999/2000. Di partai pembuka babak utama, dia juga membantu klub mengimbangi juara bertahan Manchester United (MU) tanpa gol di Old Trafford.
Namun semua kemudian berubah dengan cepat. Kekalahan dari Olympique Marselle dan Sturm Graz membuat Ardiles dalam tekanan besar. Dia dituntut mengalahkan MU pada laga kandang.
Desakan petinggi, media, dan suporter untuk menurunkan Prosinecki juga meningkat. Sang pemain ingin turun sejak menit pertama. Sementara Ardiles merasa anak asuhnya tidak mampu.
Prosinecki akhirnya masuk sebagai pengganti. Dia mencetak gol Dinamo dalam laga yang berakhir 1-2. Beberapa jam kemudian, petinggi Dinamo mengumumkan klub sudah melepas Ardiles dari posisinya. Dia hanya bekerja selama empat bulan dan 21 hari.
Advertisement